Setiap tahun baru, saya selalu merayakannya bersama keluarga di rumah, dengan suasana hangat dan penuh keakraban. Namun, kali ini, saya punya rencana berbeda. Sebagai mahasiswa semester 5 di Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, saya merasa butuh sebuah pengalaman baru, yang lebih seru dan berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Saya berencana untuk menghabiskan malam tahun baru di Jakarta bersama dua teman dekat saya, Fajar dan Andi. Sebuah liburan kecil yang saya rasa sangat menyenangkan untuk mengisi akhir tahun yang penuh tantangan.
      Namun, sebelum semuanya bisa berjalan lancar, saya harus meminta izin kepada orang tua. Tentu saja, ini bukan hal yang mudah. Apalagi saya sudah terbiasa merayakan malam tahun baru bersama keluarga, dan kali ini, saya berencana untuk pergi jauh dari rumah, ke ibu kota yang sibuk dan penuh kemeriahan.
      Pada sore hari tanggal 29 Desember, Saya memutuskan untuk berbicara dengan orang tua. Saya tahu ini akan menjadi percakapan yang agak menegangkan, tapi saya juga merasa sudah cukup dewasa untuk mengurus diri sendiri.
"Sore, Bu, Yah," saya membuka pembicaraan dengan suara hati-hati.
"Kenapa, Miff ?" tanya ibu, sambil menatap saya dengan penasaran. Ayah yang duduk di sebelah ibu hanya mengangguk pelan, memberi tanda agar saya melanjutkan.
"Jadi begini, saya dan teman-teman, Fajar dan Andi, rencananya ingin pergi ke Jakarta untuk merayakan malam tahun baru. Kami berencana pergi malam tanggal 30 dan kembali ke Bandung tanggal 1 siang," saya menjelaskan perlahan.
      Ibu dan ayah saling pandang. Saya bisa melihat raut wajah mereka yang sedikit khawatir, apalagi saya akan pergi jauh dari rumah. Selama ini, saya selalu merayakan malam tahun baru dengan mereka, dan mungkin kali ini terasa berbeda.
"Jakarta? Jadi kamu mau pergi bertiga aja?" tanya ayah dengan nada yang agak serius.
"Iya, Yah. Kami akan menginap di hotel yang sudah kami pesan sebelumnya. Kami akan menjaga diri dan pastikan tidak berkeluyuran malam-malam," jawab saya mencoba meyakinkan.
Ibu menarik napas dalam-dalam. "Tapi Jakarta kan ramai banget, banyak orang di luar sana. Kami khawatir kamu ada apa-apa nanti," kata ibu dengan khawatir.
      Saya mengerti kekhawatiran orang tua, apalagi Jakarta memang terkenal dengan kemacetan dan keramaian yang tak terduga. Namun, saya mencoba meyakinkan mereka dengan tenang. "Saya paham, Bu. Saya dan teman-teman akan berhati-hati. Kami juga sudah mempersiapkan segalanya dengan baik. Kami juga hanya akan berada di tempat-tempat yang aman, seperti Bundaran HI, untuk melihat kembang api, dan tidak akan pergi ke tempat yang terlalu jauh atau sepi."