Tidak berhenti pada maslah diatas, pasalnya selain sulitnya masyarakat untuk mengakses data yang terkini kurangnya update data yang diterima masyarakat dapat mempengaruhi pola pikir mayarakat itu sendiri.Â
Apabila kita tidak mengetahui bagaiamana keadaan wilayah kita sesungguhnya atau bakhan keadaan dunia, maka masyarakat akan terjebak ke pola pemikiran kolot.
 Misalnya saja pengetahuan tentang tingkat kemiskinan di indonesia yang menurut data telah membaik tapi data tersebut tidak diketahui masyarakat, sehingga asumsi masyarakat mengenai keadaan negaranya akan tidak sesuai.
Tidak dapat dipungkiri, minimnya akses data yang bisa dilakukan oleh masyarakat yang seharusnya modern ini tidak terlepas dari SDM yang tidak mumpuni dalam mengolah and menyajikan data. Hal ini dapat kita tengarai dengan minimnya update data yang dilakukan baik secara online maupun offline. Miris sekali tentunya, di era bigdata seperti ini masyarakat masih kesulitan mendapatkan data yang faktual.Â
Padahal perkembangan data di seluruh dunia telah sangat pesat, pun dengan digitalasisasi dalam segala hal seharusnya tidak ada alasan lagi untuk mengolah dan menyajikan data agar mudah diakses oleh masyarakat. Keadaan seperti ini dirasa tidak ada bedanya dengan tahun 1975 dimana para peniliti di UI harus sampai ke Belanda untuk mengolah data mentah yang menjadi bahan rekomdasi kebijakan pemerintah.
Beragam masyalah di tengah masyarakat yang terjadi akibat ketidak mampuan memanfaatkan data ternyata tidak kunjung menjadikan pacuan bagi pihak pemerintah. Tentunya sangat disayangkan, untung saja saat ini banyak pihak swasta yang menyediakan data hasil penelitian beserta dengan analisis yang disajikan menarik sehingga masyarakat dapat mengasesnya dengan mudah.Â
Tidak jarang para pengusaha menggunakan jasa perusahaan data ini untuk membantu membuat kebijakan dan stategi dalam usahanya. Tapi lagi-lagi di era big data yang harusnya data faktual telah  menjadi makanan sehari-hari masyarakat justru tidak dapat disentuh oleh seluruh elemen rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H