Ingatan anak akan melekat pada ajaran Ayah dan Ibu. Disinilah ayah dan ibu memulai perannya sebagai guru dan menanamkan cinta membaca dari kecil. Dari membaca wawasan anak semakin luas. Dia semakin terangsang dengan segala sesuatu yang tidak ia ketahui. Manfaatkan momen itu untuk menyematkan hal-hal yang perlu dihindari misalnya anak-anak jangan mudah percaya pada ajakan orang asing, atau orang yang belum dia kenal. Jangan mudah percaya dengan berita yang ia dengar.
Di sekolah, peran guru sebagai orang tua anak-anak ketika di sekolah harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Ikon guru hanya pentransfer ilmu pada anak harus kita ubah. Anak bukanlah bejana kosong yang semata-mata kita isi sampai penuh. Jika guru hanya bertugas mentransfer ilmu dan anak hanya menerima, maka generasi yang didapat hanyalah generasi instan. Generasi yang bermental instan, tidak mengenal proses. Mereka akan lagsung menerima mentah-mentah tanpa membuktikan kebenarannya.
Sekolah adalah lahan yang subur untuk menumbuhkan sebanyak-banyaknya informasi. Kegiatan-kegiatan sosialisasi 'menangkal berita hoax' perlu digerakkan agar anak tidak gagap terhadap berita di media. Tujuannya untuk menciptakan siswa yang tanggap terhadap serangan berita hoax. Generasi yang aktif, kreatif dan kepo (ingin tahu) perlu ditumbuhkan agar siswa dapat jadi agen pemberantasan berita hoax. Kenapa tidak, siswa sangat berkompeten meneruskan informasi yang sesuai fakta kepada orang tua, juga pada masyarakat. Tanpa mengikuti komunitas anti hoax-pun, informasi mouth-to-mouth dapat memperpanjang keabsahan informasi yang sebenarnya.
Karena berita Hoax bertubi-tubi menyerang masyarakat Indonesia, pemerintah mulai menggencarkan gerakan literasi media untuk menangkal berita-berita bohong yang banyak menyesatkan persepsi masyarakat. Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, salah satu cara yang akan dilakukan pemerintah untuk melakukan literasi media tersebut yakni dengan meluncurkan gerakan Masyarakat Anti Hoax. Dengan melibatkan komunitas-komunitas dalam kampanye literasi media, diharapkan agar masyarakat dapat memilah informasi yang mereka terima serta dapat menggunakan media sosial dengan bijak.
Sayang, tingkat literasi yang dimiliki masyarakat Indonesia masih rendah. Dengan demikian pola pengajaran di Indonesia seharusnya menuntut masyarakat lebih kritis. Pentingnya edukasi dini dari keluarga dan sekolah sangat berpengaruh pada respon di masyarakat. Anak-anak yang kelak dewasa dan menjadi bagian dari masyarakat akan menyumbangkan ide pikirannya untuk kemajuan masyarakat tempat ia tinggal. Bermula dari pengetahuan dasar tentang literasi, masyarakat akan lebih mudah melacak berita bohong berbekal pengetahuan yang cukup.
Mari kita lawan Hoax!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H