Bahasa Inggris menjadi salah satu mata pelajaran wajib yang diajarkan pada tingkat SMP di Indonesia. Terdapat empat komponen utama yang harus dikuasai oleh siswa dalam mempelajari Bahasa Inggris supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Keempat komponen tersebut yaitu listening (mendengarkan) , speaking (berbicara), reading (membaca) dan writing (menulis). Menurut (Husni & Saputri, 2023) Kesulitan dalam keempat komponen tersebut menjadi penyebab utama dari kesulitan belajar bahasa Inggris. Selain itu terdapat tiga elemen  bahasa  yang  berperan  penting  dalam  ke  empat  komponen  tersebut  yaitu  pronunciation  (pelafalan),  vocabulary (kosa kata )  dan  grammar (struktur  bahasa ).
Penjelasan tersebut sesuai dengan yang terjadi di kelas VIII A SMP N 1 Seyegan tahun pelajaran 2023/2024. Ketika penulis melaksanakan PPL pada bulan Juli -- Agustus 2023 di SMP N 1 Seyegan, penulis mendapati bahwa Siswa di kelas tersebut memiliki penguasaan kosa kata yang terbatas serta kurangnya kepercayaan diri ketika harus mengucapkan kalimat dalam bahasa Inggris. Kesulitan dalam keempat komponen utama dan ketiga elemen dalam mempelajari bahasa Inggris tersebut akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa yang tidak maksimal, sebagaimana yang terjadi di kelas VIII A SMP N 1 Seyegan.
Hasil belajar merupakan tolok ukur dari berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada siswa. Sebagaimana menurut (Nugraha et al., 2020) dalam (Tampubolon, Sumarni & Utomo, 2021) berpendapat bahwa hasil  belajar  adalah  kemampuan siswa  yang  diperoleh  setelah  menyelesaikan  latihan-latihan  dalam pembelajaran. Perubahan yang terjadi dari diri siswa baik menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan  perilaku  yang  dapat  diukur  digunakan  sebagai  bahan  pertimbangan  bagi  siswa  dan  guru  untuk melihat apakah siswa telah lulus atau tidak. Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor yang diperoleh setelah mengalami proses belajar dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menganalisis pencapaian siswa pada kegiatan pembelajaran.
Untuk mewujudkan kegiatan pembelajaran yang dapat menghasilkan hasil belajar siswa yang maksimal, maka diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Problem-Based Learning, seperti yang sudah dibuktikan oleh penulis ketika melaksanakan PPL di SMP N 1 Seyegan di kelas VIII A. Latar belakang dari dipilihnya model pembelajaran tersebut dikarenakan kelebihan yang dimiliki oleh model pembelajaran Problem-Based Learning. Seperti yang disampaikan oleh (Akinolu &Tandoan, 2007) dalam (Zainal, 2022) Kelebihan Problem Based Learning, yaitu: a) Pembelajaran di kelas berpusat pada peserta didik, Â b) Meningkatkan pengendalian diri peserta didik, c) Peserta didik berpeluang mempelajari/menyelidiki peristiwa multidimensi dengan perspektif yang lebih dalam, d) Meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik, e) Peserta didik terdorong untuk mempelajari materi dan konsep baru pada saat memecahkan masalah, f) Meningkatkan keterampilan sosial dan komunikasi peserta didik sehingga dapat belajar dan bekerja dalam kelompok, g) Meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir ilmiah peserta didik, h) Memadukan teori dan praktik sehingga peserta didik berpeluang memadukan pengetahuan lama dan baru, i) Mendukung proses pembelajaran, j) Peserta didik memperoleh keterampilan mengatur waktu, fokus, mengumpulkan data, menyiapkan laporan dan evaluasi, dan k) Memberikan peluang kepada peserta didik untuk belajar sepanjang hayat.
Dengan menggunakan model Problem-Based Learning, maka  kegiatan pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan tahap-tahap model Problem-Based Learning supaya terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Kunandar (2008:217) tahap-tahap dalam PBL adalah sebagai berikut: "Tahap1) orientasi peserta didik kepada masalah,tahap 2) mengorganisasikan peserta didik untuk belajar, tahap 3) membimbing penyelidikan individual dan kelompok, tahap 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya, tahap 5) menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Setelah penulis melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan model Problem-Based Learning di kelas VIII A SMP N 1 Seyegan, maka didapati bahwa dari segi keaktifan, siswa mengikuti pembelajaran dengan baik, terlibat dalam diskusi, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dari guru. Dilihat dari segi motivasi,siswa menunjukkan semangat dalam mengerjakan tugas. mengerjakan tugas tepat waktu, dan memperhatikan penjelasan dengan baik.Terakhir, dari segi suasana kelas, didapati bahwa suasana dapat kondusif, interaktif, antusias, dan menyenangkan.
Dari kelebihan dan bukti di atas, maka model Problem-Based Learning dapat menjadi salah satu solusi dalam meningkatkan hasil belajar siswa di tingkat SMP. Melalui model Problem-Based Learning, maka akan tercipta sebuah kegiatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan mendorong peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, sehingga hasil belajar yang didapatkan dapat maksimal.
Daftar Rujukan :
Husni, R., & Saputri, E. N. (2023). Kesulitan Siswa SMP Dalam Pembelajaran Bahasa Inggris. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(3), 8046-8052.
Tampubolon, R. A., Sumarni, W., & Utomo, U. (2021). Pengaruh Pembelajaran Daring dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Siswa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(5), 3125-3133.
Zainal, N. F. (2022). Problem Based Learning pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jurnal Basicedu, 6(3), 3584-3593.
Yusril, Y. (2022). Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Inggris pada Teks Deskriptif melalui Model Problem Based Learning di kelas VII SMPN 5 Koto Balingka Kabupaten Pasaman Barat. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 4(5), 736-744.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H