Mohon tunggu...
Galih Budi
Galih Budi Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Suka renang dan bercita cita menjadi aquaman

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Tumbuh Kembang Cintai Brand Lokal di Tengah Disparitas Fast Fashion dan Sustainable Fashion

20 April 2023   13:44 Diperbarui: 20 April 2023   13:45 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam pelaporan yang terjadi di lapangan, pemerintah sedang memburu lembaga swadaya internasional yang mengakomodasi nilai ekonomi sirkular. Penemuan ini sangat mengagetkan lantaran beberapa dari mereka adalah biang masuknya gunungan sampah di Indonesia. Mereka menyalahkan izin karena nilai bisnis sosial yang mereka gaungkan adalah sebagai amal. Namun pakaian-pakaian bekas tersebut malah masuk kepada pihak importir yang keselanjutannya memiliki nilai jual di Indonesia.  

Sayangnya, kecepatan budaya populer mempertahankan pakaian bekas sebagai tren berbusana tersebut belum sejalan dengan tingkat literasi ramah lingkungan untuk produk fesyen. Secara keseluruhan, industri fesyen bertanggung jawab atas 8-10% emisi global, hal itu jelas-jelas melampaui dari gabungan emisi penerbangan dan pelayaran. Melalui saran Bank Dunia, penjualan pakaian global dapat meningkat hingga batas 65% pada tahun 2030. Pasalnya batas ini ditentukan karena kapas untuk industri fesyen menggunakan sekitar 2,5% lahan pertanian dunia, bahan sintetis seperti poliester membutuhkan sekitar 342 juta barel minyak setiap tahun, dan proses produksi pakaian seperti sekarat membutuhkan 43 juta ton bahan kimia per tahun.

Disparitas fast fashion dan sustainable fashion ini perlu jadi perhatian seluruh pemangku kepentingan untuk mewujudkan transformasi tren berbusana yang ramah lingkungan.

Rendahnya literasi ini menghambat optimalisasi nilai break event point brand lokal dan UMKM di kalangan pengusaha fesyen. Studi Inspigo (2022) menunjukkan bahwa salah satu tantangan mendasar saat ini adalah bentuk perhatian pada para kreatif dan ahli strategi untuk bekerja sama dalam upcaya cepat sadar mengikuti tren yang berubah dengan cepat. Terlebih konsumen selalu menuntut pergantian secara stimultan. Pelbagai faktor hadir ketika menyoal geliat brand lokal dan industri fashion Indonesia. Oleh karena itu untuk bertahan di industri fashion dalam negeri dengan karakter sustainability fashion adalah menjadi PR bersama. Kehadiran banyak brand lokal di Indonesia sendiri pada beberapa tahun terakhir memang mengesankan namun tetap saja butuh dukungan dari semua pihak.

Strategi Membuat Brand Lokal yang Tahan Lama 

Ada lima elemen yang diperlukan untuk memperbaiki kondisi ini: branding, keterjangkauan, pengetahuan, kemampuan, dan keamanan.

Pertama, percepatan pembangunan identitas di era sosial media. Banyak para konsumen yang mempunyai kesadaran awal berangkat dari sosial media. Penggambaran yang baik dan citra nilai yang tepat sasaran adalah upaya brand awareness kepada konsumen. Dalam lingkup bersosial media, permainan konten sangat memicu konsumen untuk tetap memilih brand ini di hatinya.

Kedua, pemerintah dapat meregulasi persaingan bisnis di sektor fesyen. Pemerintah dapat memberikan insentif bagi UMKM dan pengusaha fesyen melalui minimisasi pajak, percepatan perizinan, keterjangkauan modal, dan gemar operasi pasar. Hal ini agar akses yang baik dapat dirasakan oleh para kreatif Indonesia, sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan literasi awet pakai (sustain) yang sama baiknya.

Ketiga, penguatan pengetahuan dasar ramah lingkungan dalam industri fesyen tanah air. Hal ini menjadi penting agar kaum muda mampu memilih instrumen tata berbusana yang sesuai kebutuhan dan nilai-nilai yang dianut di lingkup sosial. Sehingga mampu memaksimalkan peluang serta mengembangkan aset maupun usahanya. Edukasi dan peningkatan literasi fesyen ini perlu secara multi-channel yang rutin, kreatif, dan terus menerus seperti yang dilakukan oleh Sustaination, perusahaan alat rumah tangga yang fokus pada nilai kebermanfaatan lingkungan.

Keempat, penguatan kemampuan generasi muda melalui stigma positif brand lokal. Saluran-saluran seperti pendampingan dan mentorship, working group (kelompok kerja), serta proses inkubasi. Kolaborasi antara universitas, swasta, pemerintah, dan komunitas dapat diwujudkan dalam program pengabdian masyarakat, program magang, hingga bina lingkungan dan corporate social responsibility. Selanjutnya bisa diperkuat dengan ajang kompetisi fashion talents, entrepreneur, atau beauty pageants.

Terakhir adalah regulasi yang mengatur tentang perlindungan konsumen, khususnya terkait keamanan pangan dan tubuh, keamanan transaksi, dan segenap protokol mitigasi kejahatan digital (cybercrime). Integrasi data kependudukan untuk berbagai kebutuhan administrasi membantu mengurangi duplikasi proses birokrasi maupun risiko kriminalitas di dunia maya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun