Mohon tunggu...
Galih
Galih Mohon Tunggu... -

berkibar walau tanpa angin

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Belenggu Jiwa... Jeruji Hasrat...

16 Juni 2012   05:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:56 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

taburan bintang menyapa bima sakti
senyum rmbulan membelai Cadaz
dan Pungguk msih saja bernyanyi di puncak Pinus

JIWA ku mngerang bagai srigala jalanan
HASRAT ku meraung bagai Macan mencari mangsa
tapi smuanya hanya triakan didalam hati yg sunyi

hari ni ku hanya sendiri
menghirup hijau rumput begola
tak ada tawa tak ada candamu
yg biasa menghiasi ruang tersita

gundah gulana rasa hati ku saat menatap dinding sekolah
dalam gulana ku....ku tulis disitu tentang mu
kenangan yg mulai memudar bergesek dengan waktu lalu

kasih dimna dirimu
resah hati ku disini
kasih namamu kutulis....di buku harian ku yg lusuh

haruskah kubunuh smua angan ku....???
haruskah kupadamkan secercah cahaya Harapan...???
haruskah kupatahkan arang asa ku...?
JIWA ku terpenjara sepi....
HASRAT ku terkubur sunyi

adakah BIDADARI yg akan mengerti...
mengerti lembutnya harapan IBLIS LAKNAT ini...
semoga Gabriel mnerima bisikan trkutuk ku ini....

api neraka di jiwaku....
gulita di hasrat ku.....
adakah nirwana yg mampu mebasuh luka ini...???

aku berjalan diatas beling berserakan...
duri - duri tajam menusuk stiap jejak langkahku
jalan tak bertuan tanpa ujung..
gerombolan kurcaci mandi di telaga air mata nanah ku...

masih adakah JIWA KU...?
masih adakah HASRAT KU...?
biarkan saja serangga malam menyapa tidurku....

JIWA DAN HASRAT KU tersesat dalam LEMBAH tak berdasar......
masa bodoh dngan itu smua......
aku punya jalan ku sendiri...
aku punya duniaku sendiri...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun