Bandung, Jawa Barat - Salah satu mahasiswa Universitas di Kota Bandung  pada (27/12/2023) lalu mengalami teror pinjaman online di media sosial. Nomor handphone beserta data pribadinya turut menjadi target dari peneroran tersebut.Â
Pencurian identitas menjadi salah satu ancaman serius dalam dunia digital, dan kasus terbaru menyorot bagaimana nomor telepon dan media sosial lainnya dapat dijadikan sarana untuk kejahatan finansial, terutama melalui pinjaman online. Dalam beberapa kasus, para pelaku kejahatan telah berhasil mencuri nomor telepon seseorang untuk mengajukan pinjaman secara ilegal, meninggalkan korban dengan kerugian finansial dan dampak psikologis yang signifikan.
Kasus tersebut serupa dengan penderitaan seorang korban teror pinjaman online bernama Tri salah satu mahasiswa Universitas di Kota Bandung, yang dimulai saat harapan mengatasi masalah finansial berubah menjadi malapetaka. Dengan keyakinan bahwa pinjaman online adalah solusi cepat.
Tri dengan masalah yang ia miliki dan tekanan yang ia rasakan membuat Tri mencari dan menemukan platform pinjaman online yang terlihat menjanjikan dengan prosesnya cepat dan mudah, tanpa harus menunggu dan mengunjungi kediamannya atau kantor pihak pemberi pinjaman.Â
akhirnya dia tertarik untuk melakukan pinjaman dengan syarat dan ketentuan yang terlihat masuk akal pada awalnya. Karena dirasa tidak ada keganjalan dalam syarat-syarat pengajuan dalam iklannya. Maka Tri mulai untuk mendownload dan membuka aplikasi pinjaman online tersebut.Â
Tanpa rasa ragu, Tri mulai mengisi data pribadi, alamat dan dokumen-dokumen pendukung lainnya yang dibutuhkan sebagai syarat pengajuan pinjaman. Tak lama dari pengajuan tersebut, pinjaman berupa dana itu disetujui. Tri harus mencicil pinjaman tersebut dengan waktu yang telah ditentukan.
"Saat mencoba membayar pinjaman, saya menyadari besarnya bunga dan biaya tersembunyi yang tidak diungkapkan dengan jelas pada awalnya. Pembayaran yang awalnya terjangkau menjadi beban keuangan yang tidak terduga", ungkap Tri.
Menurut ungkapan Tri, terkadang, saat belum waktunya pembayaran, Tri sudah diteror dengam spam panggilan dan dari situlah penagihan segera dimulai dengan panggilan telepon agresif dan ancaman yang merambah ke kontak keluarga. Bunga dan biaya tersembunyi yang tidak diungkapkan dengan jelas membuat pembayaran menjadi beban yang tidak terduga.Â
Tri juga mengalami teror tagihan lewat sosial media pribadi miliknya berupa komentar dari akun asing secara terang-terangan, Komentar itu memuat tulisan peringatan dan ancaman untuk pembayaran tagihan.
Teror itu tak berhenti sampai disitu, Tri juga mendapati akun media sosial nya (instagram) tidak dapat dibuka, hal ini berhubungan dengan nomor yang dipakai pinjaman online sama dengan nomor yang digunakan untuk membuat akun instagramnya.
Perusahaan pinjaman online mulai menggunakan informasi pribadi Tri, seperti alamat tempat tinggal dan nomor telepon keluarga, untuk menekan Tri agar segera membayar. Sehingga Tri berkata "Ini bukan lagi masalah keuangan semata, tetapi juga ancaman terhadap privasi dan keamanan keluarga saya". Suku bunga yang meningkat dan biaya tersembunyi membuat pembayaran menjadi beban tak terduga, menciptakan kerugian finansial yang semakin parah. Ancaman, pelecehan, dan penyebaran informasi palsu memunculkan teror psikologis yang berat, menciptakan dampak emosional yang sulit diatasi oleh Tri.Â