Mohon tunggu...
Galih AnggiVadia
Galih AnggiVadia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profesi saya Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung

Saya adalah seorang mahasiswa di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, saya mengambil program studi S1 Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, sekarang saya sudah semester 6. Saya mendaftar disini dikarenakan saya juga suka atau hobi dalam menulis, saya juga menyukai dunia olahraga

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Antara Persahabatan dan Ambisi

15 Maret 2023   23:10 Diperbarui: 15 Maret 2023   23:19 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kamu tahu gak, dulu waktu masih kecil aku selalu ingin jadi pengusaha sukses. Sebenarnya, cita-cita itu masih ada sampai sekarang. Tapi, aku merasa belum siap untuk mengambil risiko dan memulai bisnis sendiri," ujar Rendy, salah satu tokoh dalam cerita ini.

Rendy duduk di teras rumahnya sambil memandangi langit senja yang begitu indah. Ia sedang berbincang-bincang dengan teman-temannya, Fikri dan Dita, tentang impian dan cita-cita mereka di masa depan.

"Kalau aku sih, mau jadi dokter gigi," kata Dita sambil tersenyum lebar.

"Serius? Itu keren banget, Dita!" sahut Fikri.

"Terus, kamu Fikri, mau jadi apa?" tanya Rendy.

Fikri tersenyum simpul. "Aku masih bingung sih. Tapi, yang pasti aku pengin punya usaha sendiri juga, kayak bapakku."

Tiga teman ini sudah bersahabat sejak kecil. Mereka tumbuh besar di lingkungan yang sama dan sering bermain bersama. Mereka saling mengenal baik satu sama lain, termasuk impian dan cita-cita masing-masing.

Namun, semakin mereka dewasa, semakin terasa perbedaan dalam pandangan hidup dan tujuan mereka. Rendy, Dita, dan Fikri mulai menyadari bahwa ambisi mereka bisa saja mengancam persahabatan yang sudah terjalin begitu lama.

Beberapa bulan kemudian, Rendy mulai aktif mencari peluang bisnis dan membangun jejaring dengan orang-orang yang bisa membantunya mencapai impian menjadi seorang pengusaha. Ia kerap berdiskusi dengan Fikri tentang strategi bisnis dan mencari nasihat dari ayahnya yang juga seorang pengusaha.

Dita sibuk belajar di sekolah dan berusaha meraih prestasi terbaik. Ia ingin bisa masuk fakultas kedokteran gigi yang terkenal dan menjadi dokter gigi sukses di masa depan.

Fikri juga tidak tinggal diam. Ia belajar banyak tentang cara mengelola bisnis dari ayahnya dan mencari inspirasi dari pengusaha-pengusaha terkenal. Ia yakin bahwa dengan kerja keras dan tekad yang kuat, ia bisa mewujudkan impian menjadi pengusaha sukses.

Namun, semakin mereka berkembang dan sukses, semakin jauh pula mereka dari satu sama lain. Persahabatan yang dulu begitu erat dan kuat, mulai terasa rapuh dan tidak sehangat dulu. Mereka sibuk dengan kegiatan dan tanggung jawab masing-masing, sehingga waktu untuk saling bertemu dan berkumpul semakin sedikit.

Suatu hari, Rendy, Dita, dan Fikri bertemu di sebuah kafe. Mereka sempat berbincang-bincang sebentar, namun suasana menjadi canggung ketika Rendy menyinggung tentang bisnisnya yang semakin berkembang.

"Kamu tahu gak, bulan ini aku udah punya beberapa investor yang tertarik dengan proyek kita. Mereka bilang, kalau kita bisa mengeksekusi proyek ini dengan baik, kita bisa sukses dalam waktu yang singkat," kata Rendy dengan antusias.

Dita dan Fikri saling bertatapan. Mereka bisa merasakan kegelisahan satu sama lain. Mereka tahu bahwa Rendy bersemangat dengan proyek barunya, namun mereka juga tahu bahwa kesibukan Rendy membuatnya semakin jauh dari persahabatan merek

"Fik, gimana menurutmu?" tanya Dita pada Fikr

Fikri menggaruk-garuk kepala. "Aku sih setuju dengan Rendy. Tapi, aku juga merasa khawatir kalau kita terlalu sibuk dengan impian masing-masing sampai-sampai kita lupa betapa pentingnya persahabatan ini buat kita

Rendy menyadari bahwa ia mungkin terlalu terlena dengan ambisinya sendiri dan tidak memperhatikan persahabatan mereka. Ia merasa sedih ketika menyadari bahwa kesibukan dan ambisi bisa membuat hubungan persahabatan mereka renggan

"Maaf ya, teman-teman. Aku mungkin terlalu sibuk dengan bisnisku sampai-sampai lupa betapa pentingnya kalian buat aku," ujar Rendy dengan suara sera

Dita dan Fikri tersenyum dan merangkul Rendy. Mereka tahu bahwa persahabatan mereka masih begitu kuat meskipun terkadang harus melewati rintangan dan perbedaan pandanga

"Kita harus saling mendukung satu sama lain, baik di dalam maupun di luar impian kita. Persahabatan ini terlalu berharga untuk dipertaruhkan dengan ambisi kita," kata Dita dengan tega

"Benar sekali. Kita harus tetap menjaga persahabatan kita tetap kuat meski masing-masing dari kita memiliki impian yang berbeda-beda," ujar Fikri menambahka

Rendy tersenyum dan merasa bersyukur memiliki teman-teman sebaik Dita dan Fikri. Mereka menghabiskan malam itu dengan berbagi cerita dan tawa, dan berjanji untuk tetap menjaga persahabatan mereka selamanya

Mereka menyadari bahwa ambisi dan kesibukan mungkin bisa menghancurkan persahabatan, namun jika mereka saling mendukung dan tetap menjaga komunikasi yang baik, persahabatan mereka akan tetap kuat meski harus melewati badai dan perbedaan pandangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun