Film Kembang Api juga menggunakan visual yang kuat untuk mengkritik stigma sosial terhadap bunuh diri. Film ini menggunakan warna-warna yang gelap dan suram untuk menciptakan suasana yang muram dan mencekam. Film ini juga menggunakan adegan-adegan kekerasan dan bunuh diri untuk menggambarkan dampak dari stigma sosial tersebut. Selain itu, lewat filosofi “urip iku urup” yang di sepanjang film digaungkan, Kembang Api berhasil menyampaikan pesan bahwa hidup itu harus bermakna dan bermanfaat bagi orang lain. Film ini menunjukkan bahwa kita tidak sendirian dalam menghadapi masalah, dan bahwa ada harapan untuk bisa menemukan makna hidup.
Secara keseluruhan, Kembang Api adalah bukti nyata akan daya transformasi yang dimiliki oleh seni film. Film ini adalah cermin bagi masyarakat kita yang terkadang terjebak dalam persepsi sempit dan prasangka. Dengan berani mengeksplorasi isu permasalahan mental dan mengkritik stigma sosial terhadap bunuh diri, karya ini tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajak kita untuk membuka mata dan hati kepada realitas yang lebih luas dan lebih mendalam. Melalui narasi yang memukau dan pesan yang kuat, Kembang Api bukan hanya mengenai film, tetapi juga tentang transformasi sosial dan pengertian yang lebih mendalam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H