Regenerasi Petani
Aging Agriculture, Under Value, dan tingginya migrasi tenaga kerja ke sektor non pertanian merupakan kenyataan dari beragam persoalan yang dihadapi ketika sektor pertanian masih dan akan tetap menduduki posisi strategis dalam pembangunan di Indonesia. Ancaman terhadap keberlanjutan pertanian semakin nyata ketika terjadi penurunan partisipasi pemuda dalam kegiatan ekonomi pertanian yang berarti semakin sedikitnya generasi muda yang mau mengisi dan melanjutkan estafet pembangunan sektor pertanian.
Ironi, kondisi pertanian terancam kepunahan bukan karena masalah lahan, tetapi karena tidak adanya generasi penerus yang akan mengelola negara agraris dengan lahan pertanian yang sangat subur ini. Secara pelan namun pasti, kegiatan pertanian cenderung menuju lubang kematian. Kenapa ini bisa terjadi? karena pada kenyataannya sektor pertanian Indonesia saat ini dihadapkan pada tiga persoalan, yaitu :
1. Tuanya umur pelaku pertanian (aging agriculture)
2. Under Value
Rendahnya minat dan penilaian generasi muda, termasuk pada pendidikan pertanian. Sektor pertanian dipandang sebagai pekerjaan yang identik dengan kemiskinan, kotor, tidak bergengsi, status sosial yang rendah dan berpenghasilan sedikit dengan jangka waktu yang panjang untuk mendapatkan hasil panen. Bahkan kasus yang tidak sedikit terjadi adalah ketika seorang lulusan perguruan tinggi jurusan pertanian mengalami penurunan minat untuk terjun pada sektor pertanian, hal itu terjadi karena pendidikan dapat mempengaruhi pola pikir seseorang, semakin tinggi pendidikan tentu seseorang akan memiliki pemikiran yang lebih sistematis, memiliki gengsi yang lebih tinggi dan membentuk pola pikir bertani dianggap tidak sepadan dengan tingkat pendidikan yang dimiliki.
3. Tingginya Migrasi ke Sektor non Pertanian
Dampak dari persoalan under value dimana seseorang lebih tertarik bekerja di sektor industri non pertanian atau sektor lain yang dianggap lebih bergengsi dan dinilai dapat menghasilkan materi yang lebih banyak dan mudah daripada bekerja di sektor pertanian, bahkan seseorang yang telah memiliki dasar pendidikan pertanian juga jarang yang berpikir untuk menjadi seorang agrotechnopreneur dengan memanfaatkan peluang berbisnis di industri pertanian. Mereka yang sudah memilik ilmu pertanian seharusnya menjadi pilar dalam seluruh kegiatan pertanian yang mencakup kegiatan pertanian hulu, usaha tani, pertanian hilir dan dalam kegiatan penunjang pertanian seperti menjadi pusat pelayanan informasi atau membentuk lembaga penelitian untuk kegiatan pertanian.
Untuk mencapai kondisi pertanian yang lebih baik diperlukan peran serta generasi muda sebagai penerus petani, pemuda dengan pemikiran yang idealis dan inovatif diharapkan dapat menjadi ujung tombak perubahan pertanian Indonesia kearah yang lebih baik. Gerakan Nasional Satu Juta Petani Milenial merupakan upaya regenerasi yang secara riil saat ini telah mendapat pemihakan dari pemerintah, meskipun secara evolutif proses regenerasi terus berjalan secara alamiah namun proses ini belum terlalu signifikan karena para pelaku regenerasi petani alamiah ini hanya terjadi pada pelaku regenerasi yang sudah memiliki sarana untuk melaksanakan kegiatan pertanian seperti lahan dan modal untuk bertani.
Namun kenyataannya, banyak aspek yang menjadi bahan pertimbangan para pelaku untuk melakukan regenerasi, para pelaku regenerasi harus melewati proses karena regenerasi merupakan keputusan dan tindakan yang diambil atas banyak pertimbangan, yang secara berproses keputusan regenerasi dipengaruhi oleh faktor internal (kesadaran dalam diri) dan  eksternal (lingkungan dan pengaruh kelompok atau penyuluh).
secara berproses keputusan regenerasi dipengaruhi oleh faktor internal (kesadaran dalam diri) dan eksternal (lingkungan dan pengaruh kelompok atau penyuluh)
Melalui program Gerakan Nasional Satu Juta Petani Milenial ini menjadi bukti bahwa faktor eksternal telah dibentuk oleh pemerintah guna mewujudkan regenerasi petani melalui pengaruh kelompok dan lingkungan untuk mengajak para generasi muda mewujudkan terciptanya petani muda yang semakin tertarik kepada sektor pertanian, program ini dapat meningkatkan kesadaran dalam diri pemuda untuk memperhatikan keberlanjutan pertanian meliputi keberlanjutan sosial, ekonomi dan ekologi sehingga program regenerasi akan berdampak pada keberlanjutan pertanian di Indonesia.Â
Menurut saya, kesuksesan dari program ini adalah terbentuknya para generasi penerus yang terjun dalam kegiatan pertanian tanpa mempermasalahkan lahan dan modal untuk memulai kegiatan usaha tani, seluruh sarana untuk kegiatan pertanian harus dipersiapkan ketika generasi milenial semakin tertarik pada sektor pertanian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H