Tahun ini adalah tahun dimana Gunung Anak Krakatau mengundang saya untuk berpesta lava panas dan merah menyala. Bulan itu adalah bulan Juni, ketika rekan saya yang bertugas di Pos Pengamatan Gunung Krakatau mulai memberi kabar bahwa Anak Krakatau sedang mulai bergeliat. Pagi hari setelah aku mendapat kabar itu, segeralah aku bergegas ke Carita, Banten untuk melihat aktivitas vulkanik Gunung Anak Krakatau.Â
Ternyata benar, Anak Krakatau mulai membuat seismograf di Pos Pengamatan ini bekerja lebih keras. Segeralah saya kabari kolega-kolega saya di dalam dan luar negeri untuk membuat sebuah ekspedisi mengunjungi Gunung Anak Krakatau.Â
Kesempatan untuk berlayar menuju Gunung Anak Krakatau yang terletak kurang lebih 40 kilometer dari pantai Carita akhirnya datang juga pada bulan September 2018. Saya memimpin group Ekpedisi dari Volcano Discovery untuk berlayar dan tinggal selama beberapa hari di Kawasan Cagar Alam Krakatau.Â
Perjalanan laut dari Carita ke Krakatau ditempuh sekitar 1,5 jam dengan menggunakan speed boat yang mampu berenang sekitar 12 knot. Saat sampai disana rombongan ekspedisi disambut dengan letusan terus menerus Gunung Anak Krakatau. Kami sangat beruntung sekali soalnya,Â
Anak Krakatau pada saat itu sedang melakukan aktivitas "Lava Flow" suplai lava segar keluar terus menerus ke bibir kawah sehingga mengalir turun melewati tubuh gunung menuju laut. Gambaran lebih jelas saat peristiwa ini dapat dilihat pada video yang saya tampilkan disini.
Gunung Anak Krakatau mempunyai beberapa jenis atau tipe letusan, sejauh yang saya amati ada 3 jenis. Pertama letusan tipe Strombolian yaitu letusan-letusan eksplosive kecil dengan material erupsi berupa scoria, debu vulkanik berwarna coklat pekat, dan bomb vulkanik kecil, biasanya suara letusan kecil. Kedua, letusan Tipe Vulkanian yaitu letusan dengan tenaga yang cukup kuat dan juga menghasilkan suara keras kadang terjadi "Shock Wave" yang cukup keras menampar muka kita.Â
Material yang dihasilkan dari letusan ini berupa muntahan-muntahan lava yang dilontarkan cukup tinggi dan jauh, kadang bisa mencapai satu sampai dua kilometer dari pusat letusan.Â
Bom-bom Lava panas sebesar meja kantoran terlontar ke segela arah menghujani tubuh gunung. Contoh letusan vulkanian ini dapat dilihat pada video kedua diatas ini. Sedangkan tipe letusan ketiga adalah Lava Flow, yaitu lava panas yang mengalir dari kawah gunung turun menyusuri tubuh gunung api menuju ketempat yang lebih rendah.
Setelah Ekpedisi pertama berjalan memuaskan dengan hasil-hasil foto dan video yang cukup mendunia, lebih banyak permintaan para pecinta gunung berapi untuk melakukan ekpedisi selanjutnya dengan orang-orang yang berbeda.Â
Hampir setiap bulan sampai bulan November saya memimpin ekspedisi dua kali perbulan, karena musim hujan sudah datang di bulan Desember, maka ekspedisi kita tangguhkan sampai bulan maret 2019 dengan alasan keselamatan saat berlayar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H