Mohon tunggu...
Galih Adithia
Galih Adithia Mohon Tunggu... Freelancer - Sang Petualang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Leave your comment bellow !

Selanjutnya

Tutup

Politik

Elektabilitas Pas-pasan, Kok Masih Pede Nyapres ?

10 Juni 2023   14:40 Diperbarui: 10 Juni 2023   14:42 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah KIB yang tak jelas nasibnya, kemudian muncullah wacana Koalisi Besar. Ide ini sempat digaungkan oleh Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto di acara silaturahmi bersama Jokowi di Kantor DPP PAN. Kemudian dilanjutkan oleh Airlangga hingga dia menawarkan kantor partainya untuk menjadi Sekretariat Bersama Koalisi Besar.

Tak ingin Koalisi Besar nasibnya sama seperti KIB yang kian tak menentu arahnya, Airlangga mengubah pola pendekatannya. Dia mendekati satu persatu partai yang ingin dia jadikan rekan koalisi. PKB menjadi incaran pertamanya, lalu keduanya membentuk Koalisi Inti. Dengan harapan bisa menjadi tonggak awal terbentuknya Koalisi Besar. Dia menunjuk Nusron Wahid untuk menjadi perwakilan Golkar agar bisa menjadi penghubungan dengan PKB yang telah lebih dulu berkongsi politik dengan Gerindra.

Namun hubungan baik yang coba dibangun oleh Airlangga tak sepenuhnya diterima PKB dan Gerindra. Pihak Golkar sudah menawarkan Airlangga untuk bisa menjadi cawapres bagi Prabowo Subianto, tapi PKB dan Gerindra nampak bergeming.

Terbaru, Airlangga membuka wacana poros baru untuk Pilpres 2024. Di luar nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan, dan Ganjar Pranowo yang selalu mentereng dalam setiap hasil survei. Wacana poros baru yang diajukan Airlangga berpotensi membuat peserta Pilpres menjadi 4 pasang calon.

Untuk mewujudkan wacana poros baru, Airlangga melakukan komunikasi khusus dengan Ketua Umum DPP PAN, Zulkifli Hasan. Akibatnya, muncullah wacana Airlangga-Zulhas sebagai pasangan alternatif di Pilpres 2024.
Mengapa Airlangga Ngotot Maju Pilpres Meski Elektabilitas Pas-pasan? 

Sejak era reformasi, Golkar selalu gagal mendudukkan kadernya untuk menjadi presiden. Posisi tertinggi hanyalah wakil presiden yang dua kali diemban oleh Jusuf Kalla.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno memandang, hal itu menjadi situasi darurat bagi Golkar. Apabila tak ada presiden yang diusung dari partai warisan Orde Baru itu, maka nasib suaranya bisa kandas tersingkir oleh partai lain yang berusaha masuk ke Senayan.

"Ada keyakinan bahwa setiap ketua umum partai yang bisa menjadi capres maka partainya bisa mendapatkan efek coat tail. "Saya kira Airlangga Hartarto cukup rasional untuk menjadi capres. Karena Pilpres 2024 bukan hanya soal capres tapi juga soal Pileg," ujarnya.

Adi menilai Airlangga maju menjadi bakal capres karena secara ideal partai patut mengusung ketua umum atau kader terbaiknya. Bukan mengusung orang dari luar yang belum pernah merasakan proses kaderisasi dari internal partai sebelumnya.

"Kalau ada kader atau ketua umum partai yang maju pasti akan penambahan suara signifikan untuk Pileg. Seperti Prabowo yang berdampak untuk Gerindra dan Jokowi yang berdampak untuk PDIP," terangnya.

Peneliti Pusat Riset Politik - Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN), Wasisto Raharjo Jati meyakini bahwa Airlangga akan tetap nekat maju menjadi capres. Meski dalam perhitungan setiap lembaga survei, suaranya selalu berada di papan bawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun