2. Tiki-Taka
Saat masih menjadi pelatih Barcelona tahun 1988, Johan Cruyff, memperkenalkan taktik baru bernama Tiki-taka. Taktik tersebut sangat mengandalkan umpan-umpan pendek dengan pergerakan yang dinamis.
Para pemain harus memindahkan bola melalui beragam cara, serta mempertahankan penguasaan bola. Seiring berjalannya waktu, Louis van Gaal dan Frank Rijkaard yang pernah melatih Barcelona memodifikasi Tiki-taka.
Barcelona di era kepelatihan Pep Guardiola termasuk tim yang terkenal dengan taktik Tiki-takanya.
Saat itu, Guardiola ingin anak asuhnya menahan bola dalam waktu lama, mengoper bola untuk menciptakan ruang. Jadi, berbeda dengan Total Football, tiki-taka atau penguasaan bola tidak semulus Total Football. Pemain selalu diberi peran khusus.
Ciri khas permainan penguasaan bola Guardiola adalah adanya triangle roaming, atau segitiga di lapangan. Setiap menguasai bola atau hilang, pemain akan membentuk segitiga untuk tujuan mengisolasi lawan.
Selain itu, dengan segitiga ini, pemain memiliki opsi untuk memiliki lebih banyak orang saat mengoper bola dan memiliki opsi untuk memiliki lebih banyak orang saat bertahan. Tak heran jika Barcelona bersama tim-tim lain yang dipimpin Guardiola seperti Bayern Munchen atau Manchester City begitu dominan saat menguasai bola.
Mengacu pada Gegenpressing, kita tidak bisa mengabaikan nama Ralf Rangnick. Bukan Juergen Klopp, Rangnick yang sebenarnya menemukan Gegenpressing ini. Pada tahun 1998, ia bahkan menjelaskan Gegenpressing di TV.
Rangnick sendiri menerapkan Gegenpressing ini saat melatih VfB Stuttgart, Hannover 96, Schalke 04, TSG 1899 Hoffenheim dan RB Leipzig. Menurutnya, Gegenpressing pada hakikatnya merupakan taktik aktif. Menekan setinggi mungkin adalah ciri dari Gegenpressing ini.
Tidak hanya menekan tinggi, tetapi menekan juga dilakukan di area di mana lawan berisiko melakukan kesalahan. Salah satunya adalah sayap. Saat bola dimenangkan dari area yang lebih tinggi, jarak ke gawang lebih pendek dan gawang mudah kebobolan.