Malam tadi Penyair Afrizal Malna di akun Instagramnya @malna.a memposting sebuah video yang berisikan puisi pendek yang cukup menarik. Puisi yang mungkin bagi sebagian pembaca akan dianggap sebagai puisi gelap dan tak jelas –apa sebetulnya pesan yang ingin disampaikan.
Namun sebetulnya, kalau kita benar-benar cermat membaca setiap kata atau setiap simbol yang digunakan Afrizal dalam puisi tersebut sebetulnya ia hanya sedang menyampaikan pesan yang begitu sederhana. Pesan yang sebetulnya sangat lekat dengan keadaan kita yang sampai saat ini masih dibayang-bayangi oleh ancaman yang cukup berbahaya dari virus corona.
Mari kita simak puisi yang disuguhkan Afrizal tersebut:
Bau Jeruk di Lehermu
kota ini berdiri menjelang fajar
kau yang merancangnya
-aku masih di jalan
kau tak perlu menjemputku
“tidurlah kematian”
aku selalu bersamamu
Ada enam frasa di bawah judul puisi tersebut, dimana setiap frasa masing-masing dijadikan larik yang saling berkaitan dan sekaligus saling mempertegas setiap maksud dan pesan yang ingin disampaikan satu dengan yang lain.
Frasa pertama: “kota ini berdiri menjelang fajar”. Ini menunjukan bahwa kota ini baru saja menyambut tahun baru, tahun dimana nasib baik menjadi harapan yang ingin dicapai oleh setiap orang. Mereka yang mungkin di tahun sebelumnya mengalami nasib yang kurang menguntungkan telah bersiap untuk menyambut keberuntungan seperti hendak menyambut fajar dan menyambut pagi agar segera datang.
Maka dari itu, Afrizal pun memperkuat pernyataannya dengan frasa kedua: “kau telah merancangnya” yang menunjukan bahwa setiap orang telah merencanakan apa yang hendak dilakukan untuk menjemput harapan baru tersebut. Segala cara telah dipersiapkan mereka untuk mendapatkan nasib yang lebih baik.
Tapi sayangnya, tahun baru saat ini tidaklah sama dengan tahun baru sebelumnya -dimana pada tahun baru saat ini setiap aktifitas kita masih dibayang-bayangi oleh ancaman akan bahaya virus Corona -yang berarti siapa saja masih memiliki kemungkinan untuk bisa dihinggapinya. Hal tersebut ditegaskan oleh Afrizal melalui frasa ketiga: “-aku masih di jalan” yang juga menunjukkan bahwa virus tersebut belum benar-benar hilang.
Maka dari itu, Afrizal pun memberikan sebuah peringatan –menyuguhkan semacam rambu-rambu melalui frasa keempat: “kau tak perlu menjemputku” yang secara tidak langsung mengajak kita agar tetap waspada. Jangan sampai karena ingin mewujudkan harapan yang lebih baik kita justru malah menjadi korban berikutnya dari keganasan virus yang tengah membayangi kita dan menyebabkan bertambahnya angka kematian di Negara kita.