Mohon tunggu...
Muhamad Jalil
Muhamad Jalil Mohon Tunggu... Dosen - Orang pinggiran

Write what you do

Selanjutnya

Tutup

Nature

Normalisasi Siklus Air

21 Agustus 2019   20:44 Diperbarui: 4 September 2019   14:52 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Kedua, peresapan ke dalam tanah. Air bergerak ke dalam tanah melalui pori-pori tanah dan batuan hingga sebagian ke air permukaan. 

Ketiga, Air Permukaan. Air bergerak menuju sungai-sungai utama dan bermuara ke laut.


Siklus air yang tidak berjalan semestinya sejatinya menjadi penyebab utama
banjir. Air hujan yang harusnya mengalami proses peresapan (infiltrasi) ke dalam pori-pori tanah.

Fakta di lapangan menunjukkan air hujan kehilangan daerah resapan. Daerah resapan di Jakarta kian berkurang akibat modernisasi yang melahirkan plesterisasi, pavingisasi, rukonisasi, hingga aspalisasi.

Imbasnya air hujan akan mencari tempat yang lebih landai, kemudian membentuk kubangan air dan ujungnya banjir tak terelakkan.

Proses peresapan air hujan ke tanah
(infiltrasi) semaksimal mungkin merupakan kunci sukses dalam program normalisasi siklus hidrologi. Penyerapan air ke dalam tanah hampir dapat dipastikan akan mengurangi volume air permukaan. Revitalisasi sungai diharapkan dapat menampung air dari daerah hulu, meskipun curah hujan lagi tinggi. Dan
akhirnya banjir pun terhindarkan.

Normalisasi siklus hidrologi pada tataran praktik memang dirasa agak berat.
Pasalnya berhubungan dengan penyadaran pola pikir manusia. Untuk itu dibutuhkan
simbiosis mutualisme antara pemerintah, CSR, dan warga. Jika saling mendukung,
maka tidak ada yang mustahil dalam membangun ibukota bebas banjir.

Wujud normalisasi siklus hidrologi itu beraneka ragam bentuknya. Dari selektif
dalam memberikan izin mendirikan bangunan (IMB) di daerah perkotaan maupun puncak, meningkatkan luasan ruang terbuka hijau, mempertahankan kawasan hijau di daerah atas, mempopulerkan biopori, hingga menghentikan pembalakan hutan. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun