Mohon tunggu...
Muhamad Jalil
Muhamad Jalil Mohon Tunggu... Dosen - Orang pinggiran

Write what you do

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mendorong Anak agar Ngaji Sejak Usia Dini di TPA Pangeran Diponegoro

20 Juni 2019   21:58 Diperbarui: 20 Juni 2019   22:14 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak dibarisan oleh wali kelas

Siapa yang tidak senang anaknya pandai mengaji Al-Qur'an? Semua orang akan senang termasuk sang penulis. Problemnya usaha apa saja yang sudah kita kerjakan  dan berikan untuk anak-anak kita agar pandai Alquran? Tentulah perlu usaha besar dan tidak cukup mimpi saja. Kemampuan membaca dengan fasih pada anak memerlukan dorongan tua agar anak terus semangat menimba ilmu di majlis-majlis Al-Qur'an. 

Guru ngaji saya yang anaknya telah hafiz di usia SMP, usahanya tidak main-main. Selain anaknya dipondokkan di sekolah Tahfiz juga kebiasaan orang tuanya dalam mewarnai rumah dengan lantunan Alquran tidak pernah terlewatkan. 

Peran orang tua ternyata sangat berpengaruh. Budaya membaca Alquran sudah mengakar kuat pada keluarga mereka. Tidak hanya di rumah melainkan juga di luar rumah termasuk mencarikan sekolah Al-Qur'an.

Sesungguhnya sekarang ini orang tua tidak menemukan kendala memperoleh tempat yang mengajarkan Al-Qur'an. Lembaga seperti TPA dan TPQ banyak berkembang di surau-surau, di langgar, di mushola, di masjid, hingga di pondok pesantren salaf maupun modern. Mereka seakan berlomba-lomba untuk mencetak generasi Al-Qur'an sejak dini.

Salah satu lembaga yang konsen disana adalah TPA Pangeran Diponegoro Tegalrejo Yogyakarta. Banyak orang tua mengantar anaknya belajar ngaji di TPA  tersebut pada sore hari setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Bahkan tidak sekadar menemani namun juga ikut menunggu sampai kegitan TPA berakhir. 

TPA ini berada di area komplek museum Pangeran Diponegoro Tegalrejo Yogyakarta. Dan yang ngaji adalah anak-anak yang tak jauh dari lingkungan masjid.

Puluhan anak antusias mengikuti arahan dan instruksi para wali kelas untuk membentuk dua baris. Pertemuan pertama, kegiatan belajar mengajar (KBM) ditiadakan. Oleh karena itu diganti dengan acara syawalan ke rumah para pengurus masjid Pangeran Diponegoro. 

Anak-anak dibariskan lalu digiring menuju tempat para sesepuh masjid. Syawalan bertujuan agar tercipta ukhuwah Islamiyyah serta upaya saling memaafkan dan memberi maaf sesama muslim laki-laki dan perempuan.

Anak-anak dibarisan oleh wali kelas
Anak-anak dibarisan oleh wali kelas
Karena tempat para sesepuh dan takmir tidak terlalu jauh dari lokasi TPA, anak-anak langsung bisa kembali ke masjid. Anak-anak kemudian membentuk lingkaran kecil sesuai dengan jenjangnya. Guru memberi breafing agar anak-anak TPA harus senantiasa menjaga akhlak dengan membiasakan memakai kerudung jika keluar rumah bagi santri perempuan.

Di TPA ini, Anak PAUD dan TK dikelompokkan ke dalam kelas A, dimana dihuni oleh kelompok usia 4-5 tahun. Rata-rata orang tua mendorong untuk belajar sejak dini agar bisa menjadi bekal saat usia masa dewasa.

Belajar Alquran membawa kebaikan tidak hanya pada anak, namun akan memberi manfaat kepada orang tua. Bagi yang memiliki anak hafiz, maka kelak akan beruntung mendapat mahkota indah dari anaknya di di akhirat nanti.

Sungguh beruntung memiliki anak yang ahli Al-Qur'an. Namun tentu harus diikuti ikhtiyar dan doa yang sungguh dari orang tua dan anak. Dengan mendorong TPA sejak dini, hemat saya adalah bagian cara untuk memperoleh target tersebut. 

Yang penting mungkin orang tidak perlu memaksakan kehendak pada anak. Biarlah anak menikmati fasenya sesuai tugas perkembangan anak. Dan saya melihat di TPA Pangeran Diponegoro, dewan guru telah mempraktekkan teori psikologi pendidikan itu. 

Terbukti di pertemuan pertama tidak langsung tancap gas menuntut anak untuk bisa mengaji dan menghafal huruf Hijaiyah dari Alif sampai yak. Melainkan diisi dengan acara yang ringan-ringan dan selipi dengan ice breaking: tepuk anak sholih dan tepuk satu.

Kegiatan syawalan yang diajarkan di awal pembelajaran TPA ini sungguh dapat menanamkan sikap sosial pada anak. Setelah itu guru bercerita kisah-kisah hikmah dengan membentuk lingkaran di selasar masjid. Anak-anak antusias mendengarkan petuah guru sehingga diharapkan anak-anak terus datang ke TPA untuk belajar Alquran sambil bermain.

Anak-anak pulang dari proses syawalan
Anak-anak pulang dari proses syawalan
Ibarat kata guru-guru ingin membuat suasana TPA menjadi tempat yang menyenangkan bagi anak-anak untuk mengaji. Jika mereka sudah nyaman maka belajar Alquran semakin mudah dipahami oleh anak. 

Tidak ada perasaan takut atau bosan untuk datang ke TPA karena guru-guru pandai menciptakan suasana yang bahagia pada anak. Orang tua senang dan murid nyaman. Akhirnya TPA Pangeran Diponegoro akan terus diisi dengan lantunan Alquran oleh anak-anak di lingkungan masjid Pangeran Diponegoro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun