Mudik adalah hal yang menyenangkan. Apalagi mau ketemu sanak saudara di kampung halaman. Aktivitas mudik tidak akan sempurna jika tidak dilengkapi dengan kegiatan mendokumentasikan beberapa kejadian selama perjalanan.
Kali ini saya tidak perlu repot dengan membawa kamera digital atau Kodak kayak dulu. Dengan membawa genggaman smartphone sudah bisa dipakai untuk aktivitas apapun, termasuk poto-poto, selfie, groufie, dll.
Ya alhamdulillah smartphone sederhana yang menemani kemana saya pergi, sengaja saya tertanam aplikasi map cam yang bs digunakan untuk mengabadikan potret perjalanan mudik dengan aneka cerita. Satu gambar bisa menceritakan sejuta cerita.
Aplikasi map cam bisa didownload di play store. Dilengkapi dengan detail lokasi, longitude, dan altitude. Sehingga kita mengecek apabila ingin mengetahui posisi foto itu diambil.
Momen-momen mudik kali ini. Diawali dengan naik kereta Prameks dari Yogya ke solo. Di dalam kereta suasana sangat nyaman. Kebetulan kereta lokal ini mempunya jam pemberangkatan setiap satu jam, sehingga penumpang tidak terlalu berdesakan.
Terminal terbesar di Jawa Tengah itu selalu Ramai pengunjung. Pull Bus Rela berada di dekat pintu timur Purwodadi. Mobil ojol bergegas menuju pangkalan Bus Rela. Syukurlah hari itu tidak perlu menunggu lama, bus langsung meluncur ke arah Purwodadi.Â
Bus yang sudah sesak dengan penumpang bergerak menuju Purwodadi. Bus ini melewati Sangiran, Gemolong, Sragen, Sumber Lawang, Gundih, dan Berakhir di Terminal Purwodadi Grobogan. Medannya cukup berat melewati hutan dan jalan berkelok. Bagi supir bus Rela mungkin sudah biasa membawa sejumlah penumpang dengan kecepatan kencang. Tapi bagi penumpang yang belum terbiasa akan dibuat jantung berdetak kencang. Dan tak sedikit yang mengalami mabuk kendaraan.Â
Sebagai penghimbur di sepanjang perjalanan dihibur oleh musisi jalanan. Tembang yang dimainkan beragam dengan aneka genre. Pop, dangdut, koplo, balada, hingga campur sari ada. Mereka juga terkadang kreatif menciptakan lagu sendiri bernada sindiran agar mau peduli dengan para pengamen. Para pengamen menganggap pekerjaan yang dilakukannya jauh lebih mulia dibandingkan hanya sekedar minta-minta. Mereka menjual kreatifitas melalui seni.