Lebaran-lebaran yang lalu ada saja yang selalu berbeda. Itu terjadi diantara berbagai organisasi. Muhammadiyah dan NU, dua organisasi yang notabene begitu besar jumlah anggotanya, tak jarang selalu berbeda waktu lebarannya.
Memang situasi ini tidaklah berarti besar. Perbedaan-perbedaan itu disikapi dengan baik-baik dan mereka saling menghargai keyakinan masing-masing. Di tingkat elit, keyakinan-keyakinan yang berbeda tak jadi masalah. Mereka boleh jadi 'keukeuh' dengan hasil kajian masing-masing. Pendekatan-pendekatan ilmiah yang mereka lakukan dan kemudian menghasilkan keputusan yang berbeda tentu saja tidak bisa dikompromikan. Tetapi hal ini tidak menimbulkan perbedaan lebih jauh. Mereka bisa saling menghargai.
Ini pun berdampak positif bagi orang-orang di grasroot, akar rumput. Mereka pun tak saling melakukan penyalahan atas kelompok lain yang berbeda. Mereka dengan senang hati menghargai sebagian yang lebih dulu merayakan. Dan dalam beberapa kali, ini menjadi pemandangan yang indah. Beberapa kali lebaran, seringkali seperti ini.
Tetapi lebaran kali ini rupanya tidak ada organisasi atau kelompok lain di beberapa tempat lain di Indonesia yang berbeda. Semuanya melaksanakan lebaran secara serempak. Situasi ini membuat sebagian orang bahagia. Setidaknya, ini dirasakan oleh Puan Maharani. Bukan saja Puan Maharani, orang-orang lain tentu merasakan kebahagiaan ini. Setidak-tidaknya dengan serentak ini, lebih terasa kekompakan dan kebersatuan umat Islam terutama di Indonesia. Mereka bisa merayakan lebaran di hari yang sama. Tidak ada lagi yang sebagian puasa, dan sebagian lagi lebaran.
Dengan nada bercanda, Puan mengatakan bahwa serentak ini membahagiakan, kenapa? Karena: "kalau dilakukan serentak, setidaknya ibu-ibu yang biasanya sibuk menyiapkan hidangan Lebaran menjadi lebih tenang. Tidak deg-degan" (poskotanews.com, 27/07/2017).
Apa yang dimaksudkan Puan dengan pernyataan ini? Menjelang lebaran, ibu-ibu menyediakan segala hal persiapan hidangan. Mereka menyiapkan beberapa hari sebelumnya. Persiapan-persiapan ini dikalkulasi dengan perhitungan yang tak terlalu jauh tetapi juga tak terlalu mepet kepada lebaran. Dalam situasi kalkulasi ini, ibu-ibu, sebagian memang khawatir kalau lebaran tidak barengan. Ada sebagian keluarganya yang, misalnya merayakan lebaran ini, dan ia sendiri merayakan besoknya. Dalam situasi ini, meskipun dia dan keluarganya sendiri tidak merayakan hari ini, tapi hidangan lebaran harus disiapkan sebab khawatir keluarganya yang merayakan hari ini datang silaturrahmi ke rumahnya. Mereka harus menyediakan hidangan buat mereka.
Tetapi dengan lebaran serentak, praktis kekhawatiran itu tak ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H