Mohon tunggu...
Galeh Cahya Ramadhan
Galeh Cahya Ramadhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa (43222010016)

Ingin menjadi manusia yang berguna

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan korupsi

12 November 2023   04:45 Diperbarui: 12 November 2023   04:45 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.canva.com/design/DAFz4vXLLsM/UweRMcyXDnDiiNQsOBdHqQ/view?utm_content=DAFz4vXLLsM&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito

Kenapa Semar mempunyai senjata kentut dan bukan senjata yang bersifat fisik, seperti panah, pedang, tombak ataupun sejenisnya? Alasannya sebagai berikut :

1. Kentut berasal dari dalam diri Semar sendiri. Jadi, senjata ini sifatnya adalah kekuatan yang muncul dari pribadi Semar, bukan alat yang diciptakan atau dibuat.

2. Semar menggunakan senjatanya bukan untuk mematikan, tetapi hanya untuk sekedar menyadarkan. Dalam beberapa lakon atau cerita pewayangan, Semar menggunakan kentutnya untuk melawan resi, raja, atau satria yang tidak bisa dikalahkan oleh Pandawa Lima. Mereka akhirnya badar atau sadar kembali pada perwujudannya semula.

3. Semar akan menggunakan senjata kentutnya apabila para raja atau satria asuhannya tidak bisa mengatasi masalah dengan cara yang konvensional atau hanya menggunakan senjata biasa. Sebagai makna simbolik, kentut sendiri mempunyai nuansa bersuara dan berbau busuk atau tidak enak. Jadi, kentut juga bisa berarti suara yang berbau atau bernuansa kurang enak didengar maupun dirasakan

Jika dikombinasikan kentut dengan simbollik Semar sebagai suara rakyat kecil yang bercirikan kesederhanaan, maka senjata kentut Semar bisa mempunyai arti simbolik suara rakyat yang menyuarakan kebenaran, yang bersifat memberikan kesadaran kepada para pimpinan agar kembali pada jalan yang benar. Dengan demikian, suara rakyat, bagi sang pimpinan, adalah suara yang tajam dan tidak enak didengar dan kalau dirasakan berbau busuk karena keterus terangan melakukan kritik.

Kenyataaannya, apabila rakyat sudah mengutarakan isi hatinya, apalagi kalau menyampaikan kemarahannya, akan lebih dahsyat laiknya kentut Kiai Semar. Sehingga, mau tidak mau, pemimpin harus sadar untuk memperbaiki diri atau sadar bahwa kepemimpinannya sebetulnya tidak diakui oleh mayoritas rakyat dan rakyat mengakuinya semata-mata berdasarkan rasa ketakutan. Sadar jika kepemimpinannya tidak diakui oleh mayoritas rakyat dan rakyat mengakuinya semata-mata berdasarkan rasa takut, bukan tidak mungkin bisa terjadi suatu kondisi people power atau kekuatan rakyat. Semar bukan lelaki dan bukan juga perempuan, tangan kanannya ke atas dan tangan kirinya ke belakang. Maknaya adalah sebagai pribadi, tokoh Semar hendak mengatakan simbol Sang Maha Tunggal. Sedang tangan kriinya bermakna berserah total dan mutlak serta sekaligus simbol keilmuan yang netral namun simpatik. Gambar Semar yang sedang menunjuk dengan jari telunjuk melambangkan bahwa ia memberikan petunjuk pada manusia kalau hanya ada satu sesembahan, yaitu Allah Hyang Maha Kuasa. 

Semar menggenggam tangan kirinya menjelaskan bahwa ia telah memiliki keluhuran. Ia memakai kelintingan, memberikan tanda agar orang mendengar bila telah dibunyikan. Semar menggunakan pusaka menunjukkan bahwa tutur katanya (sabdanya) selalu suci. Lipatan kainnya berjumlah lima, menunjukkan bahwa ia telah memiliki dan dapat menjalani lima sifat Allah: Agung, Rahim, Adil, Wasesa, dan Langgeng.

https://www.canva.com/design/DAFz4qIvGFI/UJUCSSxC5NrA6mGv7u3R6w/view?utm_content=DAFz4qIvGFI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito
https://www.canva.com/design/DAFz4qIvGFI/UJUCSSxC5NrA6mGv7u3R6w/view?utm_content=DAFz4qIvGFI&utm_campaign=designshare&utm_medium=link&utm_source=edito

Tokoh Semar yang merupakan seorang pemimpin dari punakawan yang berjiwa sangat adil meskipun buruk rupa. Tokoh Semar diceritakan sebagai penasihat sekaligus pengasuh para ksatria berbudi luhur, yaitu Pandawa bersaudara. Sifatnya yang sederhana, jujur, tulus, bijaksana cerdas, dan berpengetahuan sangat luas membuat semar disegani dan dihormati oleh para ksatria.

Didalam buku Psikologi Raos dalam Wayang karya Suwardi Endraswara menjelaskan bahwa tokoh Semar memberikan dimensi baru dan mendalam kepada etika wayang. Semar sangat sering disebut sebagai seorang begawan, namun dirinya lebih ingin memilih menjadi simbol rakyat jelata, maka, semar dijuluki sebagai manusia setengah dewa. Namun bagi Semar, seorang pemimpin merupakan majikan sekaligus pelayan, jadi walaupun semar manusia setengah dewa, ia tetap pelayan atau pembantu para ksatria. Maka dari itu, Semar dikisahkan sebagai penguasa kayangan tapi juga abdi dari Pandawa bersaudara.

Dari sisi spiritualnya, Semar memiliki mental yang sudah matang, terlihat dari wataknya yang sederhana, rendah hati, tenang, tulus, tidak munafik, tidak pernah terlalu sedih tetapi juga tidak pernah terlalu gembira.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun