JIKA ANDA MEMILIKI PERUSAHAAN DENGAN ASET SENILAI 2T, APAKAH ANDA AKAN MENJUALNYA KEPADA SAYA DENGAN HARGA 1,5T?
Secara konsep, membeli saham artinya adalah membeli kepemilikan suatu perusahaan atau sederhananya kita membeli perusahaan atau usaha orang lain. Konsep sederhana yang ketika realita di lapangan sering dilupakan orang. Hiruk pikuk dan dinamika market membuat sebagian orang menganggap beli saham tak ubahnya seperti beli barang dagangan biasa.
Jika kita jadikan sederhana. Misalnya Anda adalah seorang pengusaha yang merintis usaha dengan modal awal sebesar 100jt. Maka saat ini nilai buku (book value) dari usaha Anda adalah 100 juta. Kemudian waktu demi waktu, usaha semakin berkembang dan mampu menghasilkan keuntungan secara konsisten. Katakan keuntungan bersih 25 juta per tahun.
Lalu, di kemudian hari, Saya datang kepada Anda untuk menawarkan membeli usaha Anda dengan harga 100jt. Secara akal sehat dan kondisi normal, mungkinkah Anda akan menjual usaha Anda yang telah susah payah Anda rintis dan telah mampu menghasilkan laba dengan harga yang sama dengan modal awal? Tentu saja TIDAK.
Tapi menariknya, di pasar modal kita akan menemukan hal ini. Banyak perusahaan yang menjual usahanya dengan harga yang bahkan LEBIH MURAH DARI NILAI TOTAL ASET BERSIH MEREKA. Itu artinya seandainyapun seluruh Aset perusahaan ini dijual, Anda akan mendapat Imbal hasil yang lebih tinggi dari nilai investasi Anda. Sederhanya Anda sedang membeli mobil Toyota Fortuner Baru yang seharga 500jt dengan harga yang mungkin hanya 200 juta saja. Inilah yang disebut saham undervalue.
Di pasar modal jika kita teliti dan mau mencari dengan sabar. Kita akan menemukan emiten yang dihargai bahkan lebih murah dari total Kas atau aset lancar perusahaan. Belum termasuk aset tetap atau aset lain dan belum termasuk perhitungan kemampuan perusahaan menghasilkan laba.
Bayangkan saja, jika perusahaan Anda memiliki Kas 2T (belum termasuk aset tetap dan aset lain) sedangkan usaha Anda juga profit setiap tahun, lalu Saya datang menawarkan diri untuk membeli usaha Anda dengan harga 1,5T. Jika Anda cukup waras, apakah Anda akan menjualnya kepada saya? Apakah Anda akan menukarkan Kas atau uang tunai seniali 2T beserta aset lainnya hanya dengan uang senilai 1,5T?
Jika Anda melakukannya, saya yakin Anda tidak sedang berbisnis, tapi sedang beramal atau bersedekah. Saya akan menyarankan Anda tidak seharusnya berbisnis tetapi lebih baik membuka badan amal atau yayasan sosial.
Maka inilah alasan kenapa kita harus memiliki saham undervalue berfundamental baik. Lalu ini pula alasan untuk tidak menjualnya selama masih undervalued. Karna Anda sedang berbisnis bukan membuka badan amal.
Jadikan diri Anda seolah-olah sebagai pemilik perusahaan karna memang begitu kenyataannya. Maka ketika ada orang yang menawarkan diri membeli saham Anda dengan harga murah, Anda akan berpikir ulang untuk menjualnya.
Lalu kenapa meski undervalue nyatanya banyak juga saham yang harganya stagnan alias jalan ditempat, malah ada yang turun. Yes, itulah yang dinamakan resiko. Jika dengan saham undervalue saja tidak menjamin anda bebas dari resiko itu, lalu apa yang membuat Anda yakin saham overvalue atau mahal bisa punya resiko yang lebih baik?Â
Membeli saham murah bukan menghilangkan resiko tapi meminimalisir resiko dan membuat Anda lebih tenang. Di saat Anda membeli saham murah, Anda sedang memperkecil kerugian dari penurunan saham, semakin murah harga beli maka semakin kecil resiko kerugian. Bandingkan dengan membeli saham yang sudah mahal atau overvalued.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H