Mohon tunggu...
Galang Taufani
Galang Taufani Mohon Tunggu... -

Penulis dan peminat kajian hukum dan sosia masyarakat, Pemimpin redaksi LPM Gema Keadilan Fakultas Hukum universitas Diponegoro.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membumikan Toleransi Beragama di Kampus

18 Maret 2012   12:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:52 1676
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KAMPUS merupakan gambaran miniatur negara, yang didalamanya terdiri dari berbagai macam-macam penganut agama dan aliran kepercayaan. Layaknya negara, kehidupan dalam dunia kampus diisi oleh seluruh mahasiswa yang tidak hanya berasal dari penjuru Indonesia, namun juga merupakan representasi agama dan aliran kepercayaan yang mereka percaya.

Sikap dan toleransi beragama kampus sangat menentukan baik buruknya toleransi bergama di  Indonesia. Karena  mahasiswa kini akan menjalani kehidupan bermasyarakat dimasa mendatang.

Urat nadi bangsa

Indonesia tak luput dari sebuah pluralitas yang begitu pekat didalamanya. Kemajemukan agama  sudah mengakar dan mengurat nadi dalam sejarah bangsa yang telah berlangsung lama. Dengan demikian, jika sikap toleransi dalam kampus berjalan baik, maka akan menghasilakan manusia-manusia yang berwatak toleran. Sehingga, ketika mahasiswa selesai menamatkan pendidikan dapat memberikan pengaruh postif ketika turun dan berbaur dengan masyarakat.

Dewasa ini, toleransi bergama  telah mengalami degradasi. Toleransi telah kian tergerus oleh kepentingan karena munculnya sebagian kelompok yang melontarkan klaim-klaim kebenaran secara eksklusif . Padahal, toleransi merupakan sebuah sarana untuk menumbuhkan persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa.

Dengan bertoleransi, secara tidak langsung mahasiswa telah membangun fondasi kemajuan tolernsi beragama. Hal ini akan menjadi sebuah gerakan kecil yang mampu mengubah pandangan luas yang antipati terhadap toleransi beragama

Sebagai makhluk sosial, selayaknya mahasiswa mampu bersikap toleran didalam lingkungan kampus.  Kampus sebagai wadah berkumpulnya berbagai macam penganut agama sudah saatnya mengawali perilaku-perilaku tolernasi beragama. Perguruan tinggi pun harus memberikan ruang untuk itu. Sehingga, pembelajaran sikap toleransi beragama di kampus dapat maksimal.

Sebagai kaum intelektual, mahasiswa tidak sekadar dituntut menjadi insan akademis saja. Namun, mahasiswa harus memiliki sikap toleransi sebagai wujud aktualisasi ilmu yang dimilikinya.

Maka, membangun sikap toleransi beragama bagi mahasiswa adalah sebuah keniscayaan. Karena toleransi bertujuan untuk membangun persatuan dan kesatuan bangsa. Akan tetapi, dewasa ini, toleransi beragama  sudah kian terkikis dan tegerus. Tak dapat dipungkiri, disinilah waktu yang tepat bagi mahasiswa untuk turut membangun sebuah kemajuan bernegara melalui kampus.

Bercermin pada Semarang

Pada saat ini, Semarang baru saja menjadi baru saja  menjadi tuan rumah dialog lintas agama tingkat regional. Dengan berbagai macam agenda didalamnya, hal ini patut diapresiasi karena pada dasarnya negara telah memiliki komitmen dalam perdamaian dan dialog antar agama, peradaban, dan budaya.

Setali tiga uang, hal ini menjadi sebuah pengahrgaan besar untuk Semarang yang dipandang memilik pluralitas yang begitu harmonis dalam kehiduapn bermasyarakat. Berbagai macam perbedaan aspek di dalamnya ternyata tidak memungkiri untuk tetap bersikap toleran dalam beragama.

Hal ini juga seharusnya menjadi dorongan bagi Perguruan Tinggi sekitar turut mampu membangun dinamika yang ada. Sehingga, mampu memberikan suntikan bagi Perguruan Tinggi di Indonesia lainnya untuk melakukan hal yang sama.

Toleransi beragama di kampus, merupakan gelora sikap kebangsaan mahasiswa. Jadi, sudah saatnya mahasiswa membumikan sikap toleransi beragama di kampus, dengan cara membuka kesadaran untuk membuka diri dan saling menghargai.

Jika sikap tolernasi beragama telah hidup di dalam kampus,  hal ini merupakan angin segar bagi negara Indoenesia. Dimana representasi sendi-sendi kehidupan dari berbagai penjuru Indonesi mampu menampilkan sikap tolernasi beragama yang baik. Implikasinya, duta-duta daerah mampu menampilkan perilaku tersebut ketika kembali kedaerah asalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun