Mohon tunggu...
Galang Setyaki
Galang Setyaki Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Galang Setyaki Sri Satmoko atau biasa dipanggil Galang. merupakan seorang pemuda yang lahir di kota Purworejo 18 Oktober dan memiliki kegemaran dalam bidang menulis, bermusik, dan menjelajah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi "Corona Tuhan"

2 September 2022   09:08 Diperbarui: 2 September 2022   09:15 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Corona Tuhan

Vatikan, Yerussalem sunyi

Tembok ratapan dipagari

Idul, paskah pun tak pasti

Ka'bah lama mati

Shalat-shalat dirumahkan

Haji umroh dibatalkan

Saling salah menyalahkan

Bertengkar urusan kebenaran

Tatkala Corona melingsir

Semua tak habis pikir

Seolah mereka telah tergelincir

Seraya melantunkan takbir

Corona menyampaikan pesan

Bersuka ria atas nama Tuhan itu khayalan

Simbol upacara hanya topeng komoditi dagangan

Menggerogoti hati pikiran juga iman

Engkau dipaksa menelusuri Tuhan

Basilika Santo Petrus , Ka'bah, misa minggu

Semuanya bukan, melainkan

Berdiri pada kesendirianmu

Pada mulut yang terkunci

Pada hakikat yang sunyi

Pada keheningan yang bermakna

Pada kekosongan yang penuhi doa

Corona mencoba mengajarkan

Tuhan tak hanya pada ritual hingga keramaian

Tuhan berada di jalan-jalan kependeritaan

Dengan alam semesta yang dipenuhi kehinaan

Corona mensucikan agama

Tak ada yang boleh tersisa

Tak ada indoktinasi menjajah nalar

Apalagi sampai berpencar-pencar

Datangi dan temui, lalu kenali Dia

Dalam hati di dalam relung jiwa

Saat yang teduh di mana

Engkau sendiri bersama-Nya

Kendati hanya Tuhan yang nyata

Meski nuranimu yang berkata

Para pedagang, politikus hingga penjual agama

Semoga Tuhan menyadarkannya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun