Corona Tuhan
Vatikan, Yerussalem sunyi
Tembok ratapan dipagari
Idul, paskah pun tak pasti
Ka'bah lama mati
Shalat-shalat dirumahkan
Haji umroh dibatalkan
Saling salah menyalahkan
Bertengkar urusan kebenaran
Tatkala Corona melingsir
Semua tak habis pikir
Seolah mereka telah tergelincir
Seraya melantunkan takbir
Corona menyampaikan pesan
Bersuka ria atas nama Tuhan itu khayalan
Simbol upacara hanya topeng komoditi dagangan
Menggerogoti hati pikiran juga iman
Engkau dipaksa menelusuri Tuhan
Basilika Santo Petrus , Ka'bah, misa minggu
Semuanya bukan, melainkan
Berdiri pada kesendirianmu
Pada mulut yang terkunci
Pada hakikat yang sunyi
Pada keheningan yang bermakna
Pada kekosongan yang penuhi doa
Corona mencoba mengajarkan
Tuhan tak hanya pada ritual hingga keramaian
Tuhan berada di jalan-jalan kependeritaan
Dengan alam semesta yang dipenuhi kehinaan
Corona mensucikan agama
Tak ada yang boleh tersisa
Tak ada indoktinasi menjajah nalar
Apalagi sampai berpencar-pencar
Datangi dan temui, lalu kenali Dia
Dalam hati di dalam relung jiwa
Saat yang teduh di mana
Engkau sendiri bersama-Nya
Kendati hanya Tuhan yang nyata
Meski nuranimu yang berkata
Para pedagang, politikus hingga penjual agama
Semoga Tuhan menyadarkannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H