Berwawasan global merupakan sebuah pra kondisi di era industri 4.0.
Perkembangan global saat ini senantiasa menuntut para Sivitas Akademi unimal perlu
memceburkan (update) berbagai isu-isu lokal, regional, nasional dan internasional
(Think Globelly and act Locally). Maka belajar terhadap pelbagai aspek dan sepanjang
hayat adalah tuntuntan eksistensial yang harus terus menerus dilakukan dan itu
merupakan tugas dan kewajiban sepanjang hayat (Long Life Education).
5. Cinta Damai
   Kedamaian dan keadilan merupakan cita-cita luhur masyarakat Aceh, cita-cita
itu telah terpatri dalam sanubari setiap individu di Aceh. Setelah konflik yang cukup
lama mendera masyarakat Aceh, keadaan telah membawa masyarakat terseret kepada
keganasan, kegalakan, disisi lain juga masyarakat berada dalam keadaan ketakutan dan
kecemasan. Mereka rindu dengan kedamaian dan keadilan yang pernah menjadi
bahagian hidup dari masyarakat Aceh tempo dulu. Masyarakat Aceh tempo dulu yang
dihiasi dengan nilai-nilai syari'at Islam adalah masyarakat yang suka damai, tidak suka
berperang, arif dan bijaksana. Hal itu terlihat dalam adagium lama yang tersimpan
dalam hafalan masyarakat Aceh: surot lheei langkah meurendah diri. Mangat jituri
nyang bijaksana (arti bebas: mundur tiga langkah merendahkan diri, supaya dikenal
yang bijaksana).
Islam pada hakikatnya mengajarkan kedamaian, cinta damai, dan selalu
memberikan toleransi kepada pemeluknya. Itulah ajaran yang dikembangkan oleh
sultan malikussaleh selama beliau menjadi Raja di tanah Samudra Pasai. Ajaran islam
yang bersumber dari Alqur'an menjadi acuan penting bagi beliau dalam memimpin
dengan penuh cinta damai, beliau yakin Al-Qur'an membawa kedamaian yang hakiki
dan abadi. Sikap cinta damai yang ada pada sultan malikussaleh merupakan
implementasi ajaran Al-Qur'an seperti yang ternukilkan dalam makna teologis dari
inskripsi pada batu nisan Sultan Malikus-saleh (1297).
Bagaimana Mahasiswa Universitas Malikussaleh menerapkan Pilar kemalikussalehan Cinta Damai
- Kegiatan Pemberdayaan Mahasiswa
- Field Trip untuk Peningkatan Literasi: Mahasiswa melakukan studi lapangan di lokasi bersejarah, seperti pemakaman dan museum Malikussaleh. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman sejarah dan nilai-nilai budaya lokal, termasuk cinta damai yang diajarkan oleh Sultan Malik As-Saleh. Dalam kegiatan ini, mahasiswa belajar untuk saling menghormati perbedaan dan memperluas relasi sosial.
- Program Dialog dan Diskusi: Melalui metode dialog, mahasiswa didorong untuk berdiskusi tentang nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian. Ini termasuk pemahaman tentang bagaimana menyelesaikan konflik secara damai dan mengedepankan diplomasi dalam interaksi sosial.
- Pendidikan Karakter
- Integrasi Nilai Cinta Damai dalam Kurikulum: Pilar cinta damai diintegrasikan dalam mata kuliah Kemalikussalehan, yang mengajarkan mahasiswa tentang pentingnya toleransi dan kerjasama dalam masyarakat multikultural. Mahasiswa diajarkan untuk memahami dan menghargai perbedaan budaya serta menyelesaikan perselisihan dengan cara yang damai.
- Pengalaman Sejarah
- Menghormati Tradisi dan Sejarah: Dengan mempelajari sejarah Sultan Malik As-Saleh, mahasiswa mendapatkan inspirasi tentang bagaimana pemimpin masa lalu menempatkan ulama sebagai penasihat dan mengedepankan nilai-nilai damai dalam pemerintahan. Hal ini menjadi contoh bagi mahasiswa untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Melalui kegiatan-kegiatan ini, mahasiswa Universitas Malikussaleh tidak hanya belajar tentang cinta damai secara teoritis tetapi juga mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menciptakan lingkungan akademik yang harmonis dan inklusif.Â
                                                                                                     Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI