Mohon tunggu...
Gajah Mada
Gajah Mada Mohon Tunggu... -

Selamatkan Bangsa dari Media Darling

Selanjutnya

Tutup

Politik

Lidah Jokowi Mulai Bercabang

11 Februari 2014   14:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:56 914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13921041261500076243

[caption id="attachment_311459" align="alignnone" width="300" caption="Jokowi Sumber: merdeka.com"][/caption]

Selama ini kalau Jokowi disodorkan hasil survei selalu dijawab tidak mau memikirkan hasil survei. Tidak mau menanggapi hasil-hasil survei. Hanya mau kerja saja.

Itu kalau hasil survei yang disodorkan mengangkat nama Jokowi. Dan kebetulan hasil survei selama ini memang begitu. Misalnya dalam hal tingkat popularitas dan elektabilitasnya sebagai Capres. Selalu menjadi jawara.

Tapi jika hasil survei yang disodorkan merugikan dirinya. Jokowi malah sewot. Itu terjadi ketika LSN mengeluarkan hasil survei yang menunjukkan tingkat kepuasan warga Jakarta terhadap kinerja Jokowi menurun. Kapabilitas Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta mulai diragukan. Pada Oktober 2013, tingkat kepuasan berada di angka 68,3%. Namun, angka tersebut menurun drastis di awal 2014 ini menjadi  46,9%.

Boro-boro tidak ambil pusing dengan hasil survei ini. Tidak bisa mengatakan “tidak mikir” lagi. Jokowi malah menanggapi dengan sinis. Dia menyindir bahwa banyak hasil rurvei titipan. Khususnya pada tahun politik seperti sekarang ini.

Sebenarnya kalau diingat-ingat. Sikap Jokowi ini bukanlah hal yang baru. Tapi media tidak terlalu menyorotnya. Sudah sering Jokowi melakukan pola yang sama. Tidak konsisten dengan perkataan  awalnya.

Misalnya masalah banjir dan macet. Pada hari Selasa, tanggal 28 Juni 2011 lalu. Jokowi mengatakan banjir dan macet di Jakarta bisa diatasi dengan dua jurus jitu.

Pertama, adanya kemauan untuk menggunakan anggran Pemprov DKI Jakarta mengatasi hal tersebut. Makanya dibutuhkan skill dalam manajemen anggaran (ternyata serapan anggaran masa pemerintahan Jokowi jeblok). Anggaran DKI Jakarta besar sekali. Satu periode bisa sampai Rp 135 triliun. Harusnya masalah seperti itu rampung dengan anggaran sebesar ini. Karena tinggal eksekusi,  APBD DKI mencukupi. Katanya saat itu.

Kedua, dalam pengerjaan mengatasi macet dan banjir tersebut tidak diboncengi oleh kepentingan lainnya.

Bila dua hal di atas terpenuhi, Jokowi yakin, persoalan macet dan banjir yang selama ini menjadi momok yang menakutkan bagi warga Ibukota bisa teratasi.

Lebih lanjut Jokowi sesumbar: “Kelihatannya nggak sulit-sulit amat. Hahaha, menurut pengalaman yang saya punya di sini.” (Jokowi masih menjadi Walikota Solo)

Okelah kita katakan Jokowi masih belum memiliki waktu yang cukup mengatasi masalah yang dikatakannya tidak terlalu sulit tersebut.

Tapi sangat mengecewakan saat Jokowi mulai bersilat lidah untuk masalah banjir dan macet. Menyalahkan pemerintah pusat, gubernur sebelumnya, menyalahkan pemda lainnya, sampai menyalahkan curah hujan yang terlalu tinggi. Dia melupakan dua jurus jitu yang pernah diucapkannya.

Setelah menyaksikan cabang lidah Jokowi untuk masalah survei, macet dan banjir. Saya yakin itu bukan yang terakhir. Jokowi akan melanjutkan kebiasaannya.

Misalnya nanti, saat diperalat menjadi vote getter. Ditunjuk menjadi Cawapres Megawati. Entah apa yang akan dikatakan Jokowi. Karena dia tidak mungkin mengatakan tidak pada Megawati.

Mau tidak mau Jokowi harus memutar balik komitmennya, yang pernah mengatakan akan menuntaskan amanat warga Ibukota selama lima tahun.

Kita tunggu dan tonton saja aksi selanjutnya dari media darling yang lugu dan polos ini. Dan berdoa, mudah-mudahan lidahnya tidak bercabang lagi. Lebih-lebih jika sudah kena demam 2014. Kasian masyarakat DKI. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun