Mohon tunggu...
Gaizka RidhanAlbani
Gaizka RidhanAlbani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Saya sekarang berprofesi sebagai Mahasiswa aktif Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

hobi saya traveling dan berolahraga

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Gaya Bicara yang Buruk Memengaruhi Penggunaan Media Sosial

1 Januari 2023   15:56 Diperbarui: 1 Januari 2023   15:59 318
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu gaya bicara? Gaya bicara merupakan cara interaksi seseorang mengungkapkan pikiran kepada orang lain dengan menggunakan bahasa, pengucapan, ekspresi, dan bahasa tubuh yang berbeda. Gaya bicara sangat penting perannya dalam kehidupan sehari-hari karena untuk menunjukan ekspresi atau cara berinteraksi kepada orang lain sebab manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain.

Pentingnya menjaga gaya bicara yang baik merupakan salah satu langkah agar kita terhindar dari berbagai masalah. Ingatkah kalian tentang pepatah yang berbunyi " mulutmu adalah harimaumu" pepatah tersebut berartikan bahwa perkataan bisa menjadi senjata tajam sehingga bisa menyakiti orang lain jika tidak dijaga.

Dampak berbicara yang buruk memang tidak langsung berdampak pada korbannya. Akan ada tahapan dimana otak perlahan mulai tidak terbiasa akan hal perkataan kotor yang terucap dari mulut seseorang, perlahan tubuh mulai merasa tidak nyaman, merasa gelisah dan gejala depresi yang timbul pada korban. Kebiasaan berbicara buruk dikehidupan sehari-hari akan berdampak juga pada penggunaan media sosial karena sudah menjadi kebiasaan untuk menggunakan kata-kata yang buruk.

Media sosial merupakan sebuah fenomena yang saat ini memiliki pengaruh yang sangat besar di Indonesia. Media sosial sendiri memiliki pengikut atau pengguna yang banyak. Kegunaan positif yang bisa dilakukan di media sosial seperti berjualan, bersosialisasi dengan orang lain, promosi sebuah produk dan masih banyak yang lainnya. Disamping itu media sosial juga sering disalah gunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan dan keuntungan untuk pihak tertentu guna menjatuhkan seseorang atau menimbulkan kerugian orang lain. 

Hal yang saat ini sering kita jumpai penyalahgunaan pada media sosial adalah penyebaran berita hoax, cyberbullying, perundungan, dan penipuan. Penyalahgunaan penggunaan media sosial sekarang banyak dijumpai di platfrom-platfrom media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lain sebagainya. Kurangnya penanaman etika penggunaan dalam media sosial dan kurang bijaknya dalam mengguanakan media sosial merupakan salah satu penyebab kenapa banyak terjadi penyalahgunaan pada media sosial. Tidak hanya itu faktor lingkungan atau faktor masalalu seperti korban bully merupakan salah satu indikator seseorang untuk melakukan perundungan di media sosial.

Tidak hanya mengganggu kesehatan mental perundungan atau bullying di media sosial juga mampu membuat seseorang menjadi depresi dan memandang rendah dirinya sendiri. Biasanya perilaku ini dilakukan dengan menyerang sebuah akun media sosial yang dianggap menyimpang. Pelaku ingin melihat seseorang terluka, ada banyak cara yang mereka lakukan untuk menyerang korban dengan pesan kejam dan gambar yang mengganggu dan disebarkan untuk mempermalukan korban bagi orang lain yang melihatnya (Breguet, 2007). Perundungan ini biasanya dilakukan dengan menggunakan akun fake atau akun palsu karena untuk menutupi identitas diri pelaku aslinya.

Seseorang yang mengalami perkataan yang buruk di media sosial biasanya diikuti dengan kata- kata ejekan atau sindiran yang biasanya disertakan foto yang telah mengalami bentuk perubahan atau diedit yang biasa disebut sebagai meme. Meme sendiri biasanya berperan untuk mengundang reaksi orang-orang di media sosial untuk berkomentar atau memberi tanggapan pada kolom komentar yang selanjutnya diikuti dengan balasan berupa komentar-komentar yang cenderung negatif seperti  menyindir, melecehkan, hinaan, caci maki, deskriminasi dan masih banyak lainnya.

Bullying atau perundungan dimedia sosial ditunjukan oleh para pelaku atas dasar ketidaksukaan mereka terhadap personal atau pribadi seseorang. Di Indonesia sendiri jenis perundungan yang marak adalah flaming. Flaming merupakan Tindakan seseorang mengirimkan pesan atau komentar di platform media sosial yang berisikan kata-kata frontal dan penuh amarah yang menyinggung orang lain.

Korban tidak merasakan dampaknya secara langsung namun perlahan waktu demi waktu akan sangat terasa dampaknya terutama mental, kepercayaan diri dan menggangu aktifitas keseharianya. Pola hidup sehat pada korban sangat terganggu akan hal bayang-bayang perkataan yang ia dengar, korban cenderung menyendiri, menjadi introvert, depresi, takut ketika melihat keramaian dan yang paling fatal adalah bunuh diri.

Sangat jelas dampak yang dirasakan korban, mampu merubah pola hidup mereka menjadi berantakan pola hidup yang tidak selayaknya mereka alami, butuhnya kesadaran bersama agar tidak ada lagi korban-korban yang merasa dirugikan akibat perkataan yang kasar. Mulai dari sekarang perbaiki gaya berbicara, perbanyak menghargai orang lain, berfikir dahulu sebelum bertindak atau gunakanlah media sosial dengan bijak dan benar, ubah pola tersebut menjadi bicara yang bijak dan bermanfaat bagi orang lain, jika memang tidak bisa maka diam lah karena diam mu itu adalah emas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun