Amerika Serikat memiliki peran penting dalam upaya mencari solusi yang adil dan berkelanjutan dalam konflik antara Maroko dan Sahara Barat. Melalui dukungan politik dan diplomatiknya, Amerika Serikat telah berusaha untuk memfasilitasi dialog dan negosiasi antara Maroko, Frente Polisario, dan pihak terkait lainnya.Â
Dalam peran mediasi ini, Amerika Serikat berusaha untuk menciptakan kesepakatan yang mengakomodasi aspirasi kedua belah pihak dan mencapai penyelesaian politik yang dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat. (Brown 2010)
Amerika Serikat telah secara konsisten menyatakan dukungannya terhadap upaya penyelesaian politik dalam konflik Maroko-Sahara Barat. Amerika Serikat memperjuangkan dialog dan negosiasi antara Maroko, Frente Polisario, dan pihak terkait lainnya sebagai sarana untuk mencapai solusi yang adil dan berkelanjutan.Â
Dukungan ini sesuai dengan prinsip-prinsip diplomasi dan resolusi damai yang menjadi landasan kebijakan luar negeri Amerika Serikat dalam menyelesaikan konflik internasional. Melalui diplomasi ini, Amerika Serikat berperan sebagai mediator dan fasilitator untuk mendorong semua pihak yang terlibat dalam konflik untuk duduk bersama dan mencari titik kesepakatan yang dapat diterima. United Nations Security Council. (Brown 2010)
Pendekatan dan kontribusi Amerika Serikat dalam memfasilitasi dialog dan negosiasi
Amerika Serikat telah berkomitmen untuk mendukung upaya penyelesaian konflik Maroko atas Sahara Barat. Namun, Pada tahun 2020, Presiden Donald Trum mengumumkan pengakuan wilayah Sahara Barat masuk kedalam kedaulatan Maroko. Pengakuan tersebut  secara langsung menjamin terwujudnya resolusi konflik antara Maroko dan Sahara Barat.Â
Meskipun pengakuan tersebut memberikan dukungan politik yang kuat bagi Maroko, konflik ini melibatkan sejumlah isu kompleks yang melampaui isu pengakuan kedaulatan. Konflik Maroko-Sahara Barat berkaitan dengan masalah identitas, kontrol teritorial, otonomi, sumber daya alam, dan hak asasi manusia.Â
Pengakuan Amerika Serikat terhadap kedaulatan Maroko dapat mempengaruhi dinamika politik dan negosiasi antara kedua belah pihak, namun resolusi konflik membutuhkan lebih dari sekadar pengakuan. Perdamaian yang berkelanjutan dan adil akan memerlukan dialog yang konstruktif, kompromi, dan kemauan politik dari semua pihak terlibat. Selain itu, resolusi konflik juga tergantung pada dukungan internasional dan keterlibatan organisasi internasional seperti PBB. (Suh 2016)
Beberapa pihak mengkritik pengakuan tersebut, meragukan keadilan dan kesetaraan dalam penyelesaian konflik. Mereka berpendapat bahwa pengakuan Amerika Serikat terhadap kedaulatan Maroko atas Sahara Barat tidak mempertimbangkan aspirasi dan hak penentuan nasib sendiri rakyat Sahara Barat yang diwakili oleh Frente Polisario.Â
Mereka mengangap bahwa pengakuan tersebut dapat menghalangi upaya penyelesaian yang adil dan merugikan di pihak Frente Polisario dalam negosiasi. Kelompok-kelompok pro-Sahara Barat juga mengkritik Amerika Serikat karena diduga melihat konflik ini dari sudut pandang kepentingan strategis dan ekonomi, seperti akses ke sumber daya alam di Sahara Barat. Mereka berpendapat bahwa pengakuan ini dapat memperkuat posisi Maroko dalam negosiasi dan mendorong implementasi solusi politik yang dapat diterima oleh semua pihak. (Suh 2016)
Amerika Serikat memberikan kontribusi penting terhadap proses penyeleseian konflik di Sahara Barat. Melalui MINURS, Amerika Serikat memfasilitasi pengawasan gencatan senjata antara Maroko dan Frente Polisario.Â