Mohon tunggu...
Gaizka Hendry Suseno
Gaizka Hendry Suseno Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

FUF UINSA

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Media Sosial Masa Depan Partisipasi Politik Millenial

8 Januari 2022   06:38 Diperbarui: 8 Januari 2022   06:49 705
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
vetrorecruitment.co.uk

Era   1990-an dimana awal   internet   belum   mendunia   seperti   sekarang, kehadiran internetmenjadi  sebuah  karya  besar dalam teknologi  informasi.  Hampir semua  yangk dahulunya  dilakukan  dengan  manual,  sekarang sudah  bisa  dikerjakan dengan bantuan internet. Masyarakat sudah terhipnotis sedemikian rupa sehingga internet  telah menjelma menjadi salah satu kebutuhan  primer.Hal  tersebut  tidaklah salah  karena  memang  demikian adanya  bahwa teknologi  semakin  mempermudah kehidupan manusia. 

Kehadiran  media sosial telah  membawa kepada perubahan ke arah  partisipasi  masyarakat  secara online. Partisipasi  masyarakat  bukan  hanya terjadi  di  dunia  nyata  tetapi  juga  di  dunia maya

Media  sosial  bagi  generasi  milenial  juga menjadi  tempat dimana  mereka mengekspresikan  pandangan-pandangannya terhadap  pemerintah  sebagai  bentuk partisipasi politik. Partisipasi politik secara umum ialah kegiatan warga negara yang dilakukan  secara pribadi  dan  dimaksudkan  untuk  mempengaruhi keputusan  yang dihasilkan  pemerintah.

Kaum  milenial sangat  signifikan  berkontribusi pada  arah  politik  masa  depan. Dengan demikian, membangun partisipasi kelompok usia ini merupakan suatu hal yangsangat penting. Ada dugaan  bahwa  kelompok  yang  berusia muda  ini tidak tertarik  dengan  politik.  Justru  mereka perlu dirangkul  dan  didekati oleh  pihak-pihak yang  berkepentingan agar  tumbuh  kepedulian dan  partisipasi  politiknya.

Partai politik,  para  kandidat  dan  tim  sukses  yang  sedang  berkontestasi  perlu  memahamidengan  baik  kelompok  milenial  ini.  Dengan ini media sosial dimanfaatkan sebagai senjata untuk menuju hal tersebut.

Media sosial  sangat  berperan  penting  sebagai  salah  satu  faktor  yang  dapat memberikan  efek  positif  dalam  peningkatan  partisipasi  politik  di  kalangan  generasi milenial sebagai pemilih pemula. Namun partisipasi politik tidak semata-mata diukur berdasarkan pemberian suara pada saat pemilu.

Pada dasarnya ada banyak bentuk partisipasi politik seperti: mengirim surat (pesan) kepada pejabat pemerintahan, ikut serta  dalam  aksi  protes  atau  demonstrasi,  menjadi  anggota  partai  politik,  menjadi anggota   organisasi   kemasyarakatan,   mencalonkan   diri   untuk   jabatan   publik. Dengan   demikian   meskipun   hanya pemula,  tetapi  partisipasi  mereka  ikut  menentukan  arah  kebijakan  Indonesia  ke masa depan.

Media sosial  menjadi arena yang  memfasilitasi  pengguna  dalam melek politik misalnya yakni dengan  berbagi  ide,  pikiran,  informasi  melalui  jejaring dan komunitas virtual) berpendapat bahwa fungsi utama  media  bagi  masyarakat  adalah  sebagai  sumber  informasi  (inovasi,  adaptasi, dan kemajuan); korelasi (menjelaskan, menafsirkan, mengomentari makna peristiwa dan  informasi dalam bidang politik dan pemerintahan.

Lalu penulis juga memberi gagasan dengan adanya Media Sosial yang semakin maju, generasi millenial bisa juga  mengkampanyekan tujuan masyarakat dalam bidang politik,  perang,  pembangunan  ekonomi,  pekerjaan,  dan  kadang  kala  juga  dalam bidang agama.

Semakin lama dan berkesinambungan maka nantinya partisipasi   politik  pasti akan berkembang, dan bisa merubah dinamika politik Indonesia  menjadi   ciri   khas   dari modernisasi  politik.  Adanya  keputusan  politik  yang  dibuat  dan  dilaksanakan  oleh pemerintah  menyangkut  dan  mempengaruhi  kehidupan  warga  negara,  maka  warga negara dalm hal ini generasi millenial  berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.

Pada akhirnya, bukan tidak mungkin bentuk  partisipasi politik yang salah satunya dikemukakan oleh Almond yaitu partisipasi politik konvensional. Misalnya  bentuk  partisipasi  politik  konvensional mencakup pemberian  suara  atau  voting,  diskusi  politik,  kegiatan  kampanye,  membentuk  dan bergabung  dalam  kelompok  kepentingan,  komunikasi  individual  dengan  pejabat politik atau administratif. Keseluruhan sistemnya menjadi online dan dapat mempermudah kembali proses politik.

Penulis juga ingin mengajukan beberapa  saran  dalm hal ini yaitu, pertama partai politik  sebaiknya  menjadikan  generasi  milenial sebagai fokus program kaderisasi partai. Lalu yang kedua, generasi milenial sebaiknya tidak hanya fokus  dalam  memberikan  hak  pilih  dalam  pemilu  sebagai  satu-satunya  indikator partisipasi  politik,  tetapi  juga  memberikan  kritik  secara  aktif  kepada  kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak pro-rakyat dalam pembangunan politik khususnya di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun