INFRA STRUKTUR TERBATA-BATA
Oleh: Gai Suhardja
KotaBandung dengan pertumbuhan sebagai kota jasa, kota pariwisata harus terus berkembang menghadapi masa depan. Provinsi Jawa Barat sudah menyatakan memiliki program penyempurnaan infrastuktur dengan pendanaan yang mencukupi, hal yang pantas disyukuri.
Bila Kota Bandung akhir-akhir ini dihadapkan pada urusan lingkungan hidup dengan masalah ruang terbuka hijau, pepohonan yang tumbang atau ditebang, kondisi jalan aspal dan drainase yang rusak akibat "banjir masa kini", maka sudah selayaknya dan sepantasnya, pemerintah kotanya segera bersiap-siap merencanakan dan kemudian melaksanakan perbaikannya. Sebab dengan kondisi sekarang, lubang-lubang hampir merata di jalan-jalan. Hal itu berakibat pada kelambanan arus bergeraknya kendaraan.
Keadaan ini bila dibiarkan terlalu lama sungguh akan menjadikan kelam-banan arus barang dan jasa di Kota Bandung. Ini karena arus barang maupun jasa ketika sedang berada di jalan terpaksa harus mengurangi kecepatan karena kekhawatiran melalui jalan dengan lubang-lubang yang semakin dalam.
Masyarakat pun berinisiatif menandai lubang-lubang itu dengan memasang tongkat/ban bekas, supaya pengendara berhati-hati agar tidak terperosok ke dalam lubang. Namun sekarang, tak ada gunanya menguraikan keluhan setiap warga Bandung, tetapi bagaimana setiap warga turut mencari solusi bagi para pemangku tugas di pemerintahan untuk menyelesaikan masalah-masalah infrastruktur ini.
Fasilitas umum bagi warga kota sebenarnya dipelihara oleh dana pajak yang dibayar oleh warga Kota Bandung. Memang urusan pajak yang sedang mencuat oleh perilaku korupsi sungguh mengecewakan. Barangkali sudah tiba saatnya transparansi dari penggunaan dana pajak bagi masyarakat, khususnya untuk infrastruktur. Soal tidak adanya dana untuk perbaikan semua fasilitas jalan aspal di Bandung adalah masalah besar bagi semua warga Bandung juga.
Pembiaran berlarut-larut akan semakin merusak kondisi jalan-jalan di Bandung. Pada musim kemarau, jalan-jalan yang rusak akan menyebabkan udara berdebu dan pasir beterbangan, kesehatan masyarakat akan terganggu oleh debu dan asap kendaraan yang berjalan lambat, pemborosan energi bahan bakar kendaraan akan meningkat dan efek polusi karbondioksida di Kota Bandung yang sudah tinggi akan makin meningkat.
Kota Bandung kota pelajar, kota pariwisata , kota kreatif, kota FO, kota kuliner, tapi semuanya itu hanya karena masyarakatnya yang tanggap berkegiatan, masih membutuhkan pemerintahnya yang bertugas dengan sebaik baiknya, agar tidak tertinggal oleh percepatan warganya yang sudah tak tahan untuk maju. Jangan lagi pemerintah membiarkan infrastruktur kota tertinggal seperti saat ini, karena lima tahun mendatang akan berlipat ganda kebutuhan infrastruktur kota ini. Sebenarnya masalah infrastruktur di Indonesia bersifat nasional, kalau saja presiden kita mendorong percepatan pembangunan infrastruktur secara nasional, pasti masyarakat akan lebih berpeluang untuk meraih kemajuan usaha wirausaha dan desa pun akan cepat meraih kemajuannya.
Membiarkan infrastuktur jalan tanpa segera mencari solusi adalah mem-biarkan kelambanan merasuk hingga membuat terpuruk usaha-usaha kecil yang akan melemahkan kekuatan ekonomi rakyat. Kita perlu menyadari benar akan hal ini. Dengan adanya peluang masuknya investor Cina, Pemkot Bandung perlu segera menyiapkan berbagai gagasan dan usulan projek kerja sama infrastruktur beserta perangkat aturan yang menguntungkan karena infrastruktur merupakan prioritas bagi kemajuan suatu bangsa.
Arus pariwisata Bandung pada masa yang akan datang tidak mungkin meningkat pesat bila fasilitas infrastruktur tidak segera direncanakan dan dibangun dengan sebaik-baiknya. Warga Kota Bandung, bukan warga dengan mentalitas yang menantikan kucuran bantuan dana asing, tetapi warga yang bermartabat dan memiliki kreativitas. Bila investasi asing untuk kepentingan usaha yang memberi peluang kerja bagi masyarakat tentu saja perlu mendapat dukungan, namun bukan dana pinjaman , bukan lagi mentalitas hutang atau memohon donasi, martabat bangsa penting ditegakkan. Sumangga atuh urang utamikeun infrastruktur jalan teh, pan kangge fasilitas urang sarerea, mugi lancar."
Penulis: Gai Suhardja.
Pengamat Lingkungan Perkotaan
Tulisan ini pernah dimuat di Opini Pikiran Rakyat 2010
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H