Hallo Sobat Ambyar Indonesia......
kali ini saya akan sedikit memberikan membahas tentang bagaimana Sobat Ambyar itu saya sebut sebagai Holocaust, jadi jangan salah paham dulu, dibaca, dipahami, dan jangan lupa juga diresapi sampai selesai.
Bagi yang belum tahu, apa sih Sobat Ambyar ??
Singkatnya, baru-baru ini kita dikenalkan dengan para netijen-netijen yang mengklaim dirinya sebagai "Sobat Ambyar".
Dengan begitu ramainya linimasa media sosial mulai terpenuhi, Facebook, Twitter, WhatsApp seakan-akan jadi berita terpenting sepanjang sejarah. Khususnya para kaula muda, mereka disibukkan dengan konten-konten yang berkaitan dengan perasaan Ambyar (hancur) mereka lalu merepost ke akun-akun jejaring sosial. Bahkan dalam kurun waktu yang tak jauh dari saat ini, telah diraihnya gelar fenomenal dari Didi Kempot sebagai The Godfather of Broken Heart (Bapak Patah Hati Nasional). Gelar itu kemudian lebih fenomenal dari gelar-gelar profesor yang didapat oleh para cendikiawan Indonesia.
Sobat Ambyar adalah sebutan bagi para penggemar Didi Kempot. Yang dalam hal ini bagi mereka yang sangat suka lagu-lagu patah hati yang dinyanyikannya. Didi Kempot yang sebenarnya telah menjadi pemain lawas dalam kancah permusikan Indonesia, karena ia telah memulai perjalanan karirnya pada tahun 1989.
Pria kelahiran 1966  yang bernama lengkap Didi Prasetyo yang kemudian dikenal dengan nama Didi Kempot itu merupakan jenis penyanyi  lagu Jawa bermusikan campursari.
Nama Didi Kempot sendiri merupakan singkatan dari Didi Kelompok Penyanyi Trotoar yang sebelumnya beredar di Solo. Namun seakan semakin tua, semakin jadi. Kini, lagu-lagunya kembali hidup dan memikat dalam hati masayarakat.
Hadirnya kembali lagu-lagu itu membuat semua masyarakat dari segala lapisan mengalami peleburan. Peleburan yang dimaksudkan disini adalah peleburan etnis yang ada di Indonesia.
Hal ini terbukti dengan menyatunya seseorang saat melihat konser-konser yang digelar oleh Didi Kempot. Lagu-lagu Didi Kempot dengan Sobat Ambyarnya itu telah membunuh etnis-etnis yang ada di Indonesia. Kondisi ini sama halnya dengan Holocaust yang ada di Jerman.
Namun, keadaan Holocaust ini dalam konteks ini lebih dapat disebut sebagai Holocaust baru versi Indonesia. Kenapa bisa gitu?