Mohon tunggu...
Gagas Mabrur
Gagas Mabrur Mohon Tunggu... Penulis - Menulis untuk Hidup

Penilik aksara, Penikmat kopi pahit. "manusia terbatas, aku bebas" https://kangmabrur.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Sexbot dan Masa Depan Perempuan Jepang dalam Bingkai Society 5.0

14 April 2019   03:40 Diperbarui: 15 April 2019   19:25 1662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengutip Fred Economic Data, populasi usia bekerja (15-64 tahun) pada Maret 2018 sebanyak 75,98 juta orang. Angka itu terus menurun sejak 23 tahun terakhir. Penurunan tersebut diperburuk dengan pengguna sexbot yang semakin dominan. 

Realisasi masyarakat 5.0 tentu berpengaruh besar dalam keberlangsungan hidup perempuan Jepang. Dengan konsep masyarakat yang hidup berdampingan dengan teknologi, kaum laki-laki Jepang akan semakin yakin untuk menggunakan kecanggihan teknologi yang dalam hal ini penggunaan sexbot. 

Berbeda dengan tujuan awal untuk memberikan solusi masalah-masalah sosial bagi masyarakat dengan kehadiran konsep masyarakat 5.0, risiko euforia masyarakat Jepang dengan teknologi semakin besar, bahkan dapat menjadi bomerang. 

Risiko Dehumanisasi Masyarakat 5.0

Dalam masyarakat risiko (risk society), keadaan menjadi tidak pasti, karena kemungkinan buruk dapat terjadi. Seperti yang dijelaskan oleh Ulrich Beck, masyarakat risiko merupakan suatu masyarakat yang tidak mempercayai kemajuan di masa depan , namun yang berpengalaman dalam  kalkulasi jangka pendek atas bahaya. Dengan kata lain, "matematika kalkulus atas risiko menunjukkan model etika tanpa moralitas, etika matematis dalam era teknologi".

Risiko yang dihadapi dalam hal ini adalah dehumanisasi, yang ditimbulkan semakin besar. Hal ini disebabkan semakin lunturnya etika-etika kemanusiaan oleh kondisi masyarakat 5.0. Salah satu bentuk dehumanisasi dalam masyarakat 5.0 kali ini adalah hilangnya minat kaum laki-laki pada perempuan Jepang, yang pada hakikatnya pasangan hidupnya. Etika kemanusiaan pada masyarakat Jepang seolah telah dibobol oleh kehadiran teknologi.

Sexbot yang merupakan bagian teknologi masyarakat 5.0 telah menghilangkan batas-batas moralitas laki-laki Jepang sebagai manusia. Artinya, laki-laki Jepang tidak memperhitungkan dampak kesinambungan penggunaan sexbot, dia hanya berpikiran tentang bagaimana kesenangan semata yang dihasilkan oleh sexbot.

Menilik fenomena tersebut, harusnya laki-laki Jepang memperhatikan dampak yang ditimbulkan dengan pemakaian robot sex bagi keberlangsungan hidup masyarakatnya, khususnya perempuan Jepang. Sebab, jika semakin dilanjutkan dalam jangka panjang akan merugikan dirinya, juga negara Jepang yang semakin mengalami penurunan populasi manusia. 

Selain itu penerapan konsep society 5.0 yang dilakukan juga harus melewati proses analisis kemungkinan risiko-risiko yang ditimbulkan, risiko terburuk sekalipun dengan pencegahan-pencegahan yang dapat dilakukan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun