Teror sexbot pada masa depan perempuan Jepang
Kehadiran sexbot tersebut memang semakin memperburuk keadaan. Pasalnya, dampak yang paling dirugikan dalam hal ini adalah perempuan, yang notabene sebagai pasangan hidup seorang laki-laki. Ketika semakin banyaknya pengguna sexbot oleh kaum laki-laki, perempuan semakin teralienasi dan dikebiri.
Pengebirian perempuan ini disebabkan oleh rasa kepuasan seksual yang diciptakan sexbot pada penggunanya yang membuat kaum laki-laki akan lebih tertarik dengan sexbot, yang secara fisik hampir mirip dengan tubuh seorang perempuan.
Jika kondisi ini berlanjut, posisi perempuan akan tergantikan oleh robot. Tersebut didukung dengan peningkatan jumlah konsumen yang fantastis. Seperti perusahaan Dutch Wives, mereka telah menjual lebih dari 2.000 sexbot di Jepang sepanjang 2017, dan satu unitnya bisa mencapai harga 4.600 poundsterling atau 82,7 juta rupiah.Â
Meningkatnya konsumen sexbot, dapat diasumsikan jika semakin rendahnya ketertarikan atau minat kaum laki-laki terhadap perempuan dan lebih memilih digisexual.
Lebih jauh lagi, sexbot dengan berbagai kecanggihannya seakan menolak diltinggalkan. Dilengkapi dengan Artificial Intelligence yang dapat berinteraksi dengan lawan bicaranya, mulai dari merespon pertanyaan-pertanyaan tertentu, mengikuti jari dengan mata, memperlihatkan emosi, sampai mengekspresikan wajah tentu memberikan ketertarikan yang lebih. "Mungkin sudah saatnya saya mengatakan era seks virtual telah tiba. Dengan segala kecanggihan yang ditawarkan, adopsi orientasi seksual manusia akan beralih.
Beberapa dari mereka mungkin sudah menjadi digisexual. Lebih tertarik dengan robot, yang berkaitan dengan teknologi". kata Profesor Neil Mccarthur, Direktur Pusat Etika Terapan dan Profesional di University of Manitoba, Kanada. Ya, memang relevan dengan kata Prof. Mccarthur, ketertarikan menggunakan robot saat ini adalah hal lumrah bagi era dewasa ini. Pula yang berdampak teror tersendiri bagi perempuan Jepang.
Sexbot dan masa depan perempuan dalam society 5.0
Society 5.0 (masyarakat 5.0) merupakan sebuah masa dimana masyarakat berpusat pada yang menyeimbangkan kemajuan ekonomi dengan masalah sosial oleh suatu sistem yang sangat mengintegrasikan ruang dunia maya dan ruang fisik.Â
Dalam masyarakat ini, reformasi sosial yang diusungkan akan mencapai masyarakat yang memandang kedepan dan meruntuhkan rasa stagnasi yang ada dengan mengadopsi seluruh teknologi, mulai dari Artificial Intelligence (AI), Big data, penggunaan Internet of Things (IoT), hingga drone dalam kehidupan sehari-hari.Â
Negara Jepang yang merupakan aktor utama pencetus gagasan society 5.0 kali ini dalam kondisi diambang keresahan. Betapa tidak, dengan mayoritas masyarakat menua, negara matahari terbit itu disibukkan dengan masalah demografis yang semakin menurun.Â