Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

7 Hal yang Harus diketahui Sebelum Menggunakan SIM Indonesia di Jalanan Jerman

31 Agustus 2024   05:36 Diperbarui: 31 Agustus 2024   06:26 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Dari tips di atas yang kubagi, sesuai pengalamanku mendapatkan SIM dan mengendarai jalanan Jerman, aku berharap banget, semoga ini bermanfaat bagi kalian yang sudah girang banget dengan perkembangan aturan di Indonesia ini di luar negeri. Tidak semudah itu, Yura. Utangnya bisa banyak karena Jerman penuh dengan aturan detil dan denda....

Tidak hanya soal aturan lalin-nya yang berbeda, tetapi juga cara dan gaya menyetir pun aku yakin pasti berbeda. Nggak bisa ugal-ugalan dan seenaknya sendiri seperti waktu di tanah air.

Orang Jerman tahu banget susahnya membuat SIM. Anakku yang nomor dua baru saja berusia 18 tahun dan mendapatkan SIM Jerman.

Gadisku habis 5000 euro atau 80 juta karena gagal di tes tertulis dan harus banyak kursus praktek dibanding aku yang sudah pernah naik motor di tanah air. Jadi anakku kami ingatkan terus, supaya harus selalu berhati-hati saat mengemudi dan memperhatikan rambu-rambu yang ada di jalanan.

Apalagi, setiap pemegang SIM yang masih muda seperti dia, mendapatkan masa percobaan selama 2 tahun. Jika banyak poin, ada penataran.

Kalau bandel, SIM-nya hilang. Kesadaran anakku juga didukung oleh latar belakang bahwa uang sebanyak itu yang digunakan untuk membayar SIM-nya adalah hasil jerih payah menjadi baby sitter dan tabungannya selama 18 tahun.

Pahit banget kalau melanggar lalin Jerman dan SIM-nya ilang, bukan. Ini berbeda jika SIM-nya mudah didapat, proses yang mudah atau boleh beli sehari jadi, kan.

Bagaimana? Sudah siap-siap menggunakan SIM Indonesia di Jerman? Aku dulu pilih sekolah lagi aka kursus menyetir (yang prosesnya panjang, rumit dan mahal) dan punya SIM Jerman yang ampuh. Bukannya membeli SIM sebelum ke Jerman, ya. Tentu tidak.

Salam hangat. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun