Ibu sakit keras dan masuk UGD. Waktu itu, aku belum ada libur dari bekerja. Dua minggu kemudian, alhamdulillah, aku ada libur musim semi. Dadakan kubeli tiket Qatar (yang ternyata kerjasama dengan Garuda Indonesia) dan pulang kampung. Selama dua minggu, aku ikut membantu kakak dan adik merawat ibu. Aku lelah jiwa-raga.
Nggak terasa, waktu begitu cepat berlalu, aku harus kembali ke Jerman. Selama transit di Jakarta, aku pikir, asyik juga kalau silaturahim dengan kawan-kawan Kompasianer dan membawa nama Komunitas di mana aku mengabdi, untuk membuat acara heboh. Memang, sebelum aku tiba di Indonesia, aku sudah ngobrol terlebih dahulu dengan teman-teman admin lain (mbak Siti dan mbak Palupi) tentang kedatanganku ke Indonesia dan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan itu dengan kegiatan Komunitas Traveler Kompasiana.
Gayung bersambut. Acara bertajuk Kotekatrip-21 itu berhasil diwujudkan. Yang daftar di TEMU ada 11, ditambah 2 admin aku dan mbak Palupi, ada 13 orang. Tigabelas nomor sial? Belum tentuuuu.
Pada hari H, Minggu tanggal 2 Juni 2024. Kegiatan jalan-jalan diagendakan pukul 10.00 dan selesai pukul 13.00. Pukul 14 .00 aku kembali ke hotel dan menuju bandara. Sat-set.
Argggh, luar biasa. Hari begitu cepat berlalu, sekarang sudah tanggal 16 Juni. Supaya nggak amnesia apalagi dimensia, kuingat-ingat perjalanan di Boulevard Alam Sutra. Sulit untuk berdusta bahwa aku jadi semakin terbuka mata dan hati, yakin ada banyak keuntungan berteman dengan kawan-kawan Kompasianer. Berikut adalah manfaat yang aku rasakan:
1. Tersambung silaturahim
Sebab aku tinggal di luar negeri, jadinya jarang bertemu teman-teman Indonesia di tanah air, khususnya Kompasianer. Sejak bergabung tahun 2011 sampai hari ini, aku kenal banyak teman-teman Kompasianer. Namun, hanya beberapa saja yang pernah bertemu. Namanya teman nge-blog, kenal hanya dari tulisan. Ternyata kalau kopi darat, seru banget kalau punya teman Kompasianer itu, ya, saudara-saudara.
Hari Minggu itu, aku kebetulan transit dari Jakarta, sebelum terbang ke Jerman. Andai aku nggak kenal teman-teman Kompasianer, apalagi yang di Jakarta, pasti bedalah. Merasa aku bukan siapa-siapa, nggak kenal siapa-siapa. "Home alone", dong di Tangerang? Karena kenal beberapa Kompasianer, kehangatan aku rasakan di ibukota negara RI yang jujur, kadang bikin aku nggak nyaman. Aku merasa asing.
Dari pertemuan kami, aku juga membayangkan bahwa Kompasianer jauh-jauh dari rumah menyempatkan diri untuk datang. Coba, deh. Kang Bugi dari Bogor. Butuh 1 jam sampai BAS. Ajeng di Bekasi, butuh 1,5 jam naik kereta. Aduuuh, jauh banget, ya? Pasti ini demi menyambung silaturahim. Terima kasih, semuanya.