Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Karena Nyoblos Lewat Pos, Aku Masuk TV

21 Februari 2024   04:09 Diperbarui: 21 Februari 2024   04:09 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kupandangi lemariku yang berisi gantungan kebaya berbagai warna. Aku pilih satu. Ya, aku sudah siap dengan kebaya hadiah dari desainer kebaya dari Jakarta Poppy Karim. Kebaya hijau dengan selendangnya. Indah sekali hiasan batu-batunya. Handmade, jadi sangat unik, tiada duanya. Terima kasih, mbak Poppy.

Sayangnya, Jerman masih dingin. Temperatur rendah itu aku terjang juga. Nggak lucu kalau aku harus pakai jaket tebal padahal sudah pakai kebaya. Tripod yang aku pasang ternyata nggak cocok dengan HP-ku. Sepertinya ada yang hilang bagian atasnya, untuk mengatur HP bisa berdiri dengan stabil. Ya, sudah aku ambil stativ kamera dengan lingkaran lampu. Lebih pendek, sih. Untuk menambah ketinggian, aku mengambil kursi dari dapur. Mantab!

Aku berjalan kira-kira 20 langkah dari pintu utama rumahku. Menggotong barang yang aku butuhkan untuk VLOG harus berulang kali. Tanganku hanya dua, kan. Posisi latar belakang, sengaja aku paskan dengan bukit Teletubies di dekat rumah. Cantik sekali. Karena kami tinggal di kaki pegunungan, kamera jadi miring. Untung saja stativ kamera bisa disetting sehingga posisiku berdiri nggak miring. 

Pertama, aku coba membaca kertas contekan sambil sesekali memandang kamera yang aku setting landscape. Berikutnya, aku mencoba tanpa membaca dan mengingat apa yang sudah aku baca tadi. Waduh, berlepotan kalimatnya. Aku salah-salah terus dalam pengucapannya. Aku ngakak sendiri. Susah ternyata, ya, bikin VLOG kalau nggak terbiasa. Padahal video hanya berdurasi 3 menit saja, lho, bayangkan kalau harus bikin yang 30 menit?

Alah bisa karena biasa. Setelah "take" sebanyak 10 kali, aku baru puas. Walau ada satu kalimat yang harus aku ulangi, aku sudahi. Aku menyerah. Di luar dingin! Aku mau masuk rumah saja, ah. Aku takut sakit karena keesokan harinya aku masuk kerja.

Rekaman disiarkan tanggal 14 Februari

Mas Andre mengirim sebuah pesan lewat Whatsapp. Rupanya rekamanku sudah dimasukkan ke berita "Diaspora memilih", di mana beberapa diaspora di seluruh dunia termasuk aku di Jerman Selatan. 

Lagi-lagi aku tertawa sampai keluar air mata. Baru sadar bahwa kalau aku mengamati rekaman yang aku kirim, aku ngomongnya pelan-pelan seperti "mbok-mbok." Ditambah aku pakai kebaya dan memakai satu kalimat berbahasa Jawa. Ingat, ya, aku dari lahir dan besar di Semarang, itu pasti juga menyenangkan orang-orang yang melihatku bicara bahasa Jawa di Jerman. Masih bisa, nih, walau tiap hari aku dicekoki bahasa Jerman.

Ah, aku masih terlihat ngantuk. Hari Minggu memang hari malas, jadi memang membuat rekamannya setelah bangun tidur. 

Di sana aku menceritakan proses pencoblosan dengan pos yang aku alami:

  • Aku didata nama dan alamat lengkap dan teraktual sejak akhir tahun lalu oleh KJRI Frankfurt.
  • Aku menunggu kiriman pos dari PPLN KJRI Frankfurt, karena aku tinggal di wilayah perwakilan negara RI ini. 
  • Aku menerima pos yakni amplop berisi 3 amplop kecil. Itu aku kembalikan sebelum tanggal 14 Februari. Ada syarat dan ketentuan yang aku harus perhatikan sebelum mencoblos. Semua termaktub dalam selembar kertas di dalamnya. Amplop pertama berisi formulir penerimaan surat pencoblosan, amplop kedua untuk memasukkan kertas pemilihan presiden dan wapres, amplop ketiga untuk memasukkan kertas pemilihan DPR RI.

Selain itu aku menceritakan juga bahwa banyak teman-teman yang jauh dari Frankfurt, Hamburg atau Berlin yang mencoblos lewat pos. Walaupun tetap ada diaspora di Jerman yang sangat bersemangat untuk datang jauh-jauh ke sana. Bahkan mereka datangnya ramai-ramai dengan kereta api, seperti mbak Magdalena, Nilma, Novika, Indarti, Yani, Yati, Ribka dan Florian. Mereka 2,5 jam naik transportasi umum itu dan membawa spanduk mendukung Ganjar - Mahfud, paslon nomor tiga. Setiba di TPS, mereka meneriakkan yel-yel bersama sebelum melakukan pencoblosan dimulai di gedung Freie Akademie der Kuenste di Klosterwall 23, Hamburg. Harapan mereka bahwa paslon menang satu putaran untuk menyelamatkan NKRI. Mereka percaya hanya orang cerdas yang akan mencoblos Ganjar -Mahfud karena memilih dengan hati nurani yang bersih demi kepentingan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun