Aku ngakak. Ibuku memang lugu tapi itu yang justru tak tergantikan. Habis memotretnya, aku meminta ibu untuk ganti menjepretku dengan kamera DSRL yang pasti aku yakin banget, berat diangkat ibu. Suami dan anak-anak sudah ngabur, sih. Mereka ini memang kalau jalan-jalan maunya cepat-cepat, alias nggak menikmati. Huh!
Dari jauh, kulihat suami dan anak-anak melambai dari sebuah balkon restoran. Ah, rupanya mereka ini sedang menikmati es jus dengan pemandangan pantai Mandalika yang cantik. Aku dan ibu menyusul. Kami pesan es jus alpokat. Ibu girang. Ibu suka es dan suka yang manis-manis, padahal larangan keras. Ah, ibu.
Anak-anak mulai turun mendekat para anjing liar yang berkeliaran di pelataran restaurant, dekat jalan raya. Anak-anak kami memang suka hewan. Maklum, dibesarkan di daerah hutan dan pegunungan, mereka sangat dekat dengan hewan-hewan. Apalagi anjing adalah hewan kesayangan orang Jerman. Aku sudah takut kalau anak-anak ada yang digigit. Nyatanya nggak seperti yang aku khawatirkan. Aman. Waktu aku masih di pantai, rupanya mereka sudah jalan menyusuri promenade pantai yang dipenuhi kembang Bougenville. Menyusuri jalan paving yang dipenuhi jajaran pedagang kaki lima, aku lihat ada yang menjual sate ayam dan daging, es kelapa muda, lontong sate asli Mandalika, jagung rebus dan masih banyak lagi. Anak-anak cerita kalau mereka membagikan makanan anjing pada anjing yang ada di sana. Sampai-sampai mereka diikuti seorang pemuda dengan scooter. Ia menawarkan anak-anak kami untuk digonceng. Untung anak-anakku nggak mau. Kata mereka, si bocah bilang "I love you." Hedeh. Jangan, deh. Yang lain saja, mas!
Sirkuit Mandalika
Satu jam berlalu. Kami meninggalkan restaurant. Tak lupa kami sudah mampir ke toilet, supaya nggak repot dalam perjalanan kembali ke Senggigi. Sebelum meninggalkan Mandalika, aku punya satu permintaan kepada supir untuk lewat sirkuit Mandalika, supaya suami bisa main Drone daripada harus mengitari 120 hektar lahan di sana. Beberapa orang sudah ada di tenda track walk. Kami menunggu di luar.
Nantinya, kami bisa tonton di Jerman, kayak apa sih sirkuit yang pernah heboh diributin para pembalap dunia itu. Sirkuit yang katanya ramai oleh Asia Talent Cup dan Superbike World Championship tahun 2021 dan balap motor Grand Prix tahun 2022. Tentunya kebanggaan bagi orang Indonesia, walau masih ada PR yang harus digarap. Seperti apakah semua lahan yang kena proyek sudah dibayarkan ke pemiliknya atau apakah kasus yang disampaikan kepada PBB tentang gugatan dari suku sasak yang menganggap proyek Mandalika ini merebut rumah, lahan dan kehidupan mereka sudah selesai. Jangan tanya pada rumput yang bergoyang.
Usai menyimak kisahku ini, semoga banyak inspirasi yang bisa kalian ambil. Pertama soal mimpi, bahwa ini harus kita gantungkan setinggi bintang di langit, supaya gemerlap sampai menjadi nyata. Kedua, bahwa Indonesia itu betapa luas dan indahnya. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus ikut mempromosikannya dengan datang dan menceritakannya pada dunia. (G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H