Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Tidak Ada Kata Terlambat untuk Belajar Menari Tarian Tradisional

15 November 2023   01:13 Diperbarui: 15 November 2023   01:52 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Palupi dan diaspora menari Roro Ngigel (dok.Siti Asia)

Aku ingat banget mengadakan pameran Indonesia yang selain menampilkan koleksi keindonesiaan milik kami, juga mengangkat foto karya teman-teman Kompasianer. Kebetulan, mami Kartika sedang keliling Eropa. Aku undang mami, dong untuk datang. Tapi karena mami datangnya atas undangan sponsor, nggak bisa sembarangan dolan ke tempatku dan menghadiri acara di museum.

Buntutnya, mami mengundangku untuk datang ke Wina "Gana datang ke sini, aja. Kita ketemuan di acara mami dengan universitas Wina." Rasanya seneng banget diundang maestro pujaan wanita Indonesia karena kekuatan batin dan perjalanan karirnya sebagai pelukis yang luar biasa. Tadinya kami mau datang berdua. Suamiku mau ikut tapi ternyata ada kunjungan teman bisnis, nggak bisa. Aku nekat berangkat sendiri ke sana hanya dengan hand carry. Selain lebih murah, cepat untuk check in, check outnya. Nggak ribet.

Nah, di sanalah, aku menari tarian Sunda, Bajidor Kahot di hadapan para tamu dari universitas. Aku diperkenalkan MC sebagai penulis buku tentang mami. Sayangnya, sampai hari ini buku itu belum terbit karena mami nggak mau diterbitkan sekarang. "Nanti saja, ya, Gana." Aku pun harus menunggu. Entah sampai kapan.

Selama di Wina, aku seneng banget kumpul dengan mami, mbak Lulu dan suaminya. Kami menginap di rumah salah satu dosen universitas tersebut. Tambah heboh karena mbak Lulu masak mendoan pakai cabai rawit. Yaoloh, rasanya seperti makan di warung pinggir jalan. Malamnya, aku dikeloni mami. Kami tidur seranjang, seperti saat mami ada aksi melukis bersama semua pelukis Jogja di Prambanan. Aku tidur di samping mami sambil nanti mijetin mami dan mami cerita banyakkkk banget tentang perjalanan hidupnya. Nggak terasa sampai cekikikan dan dikira mbak Lulu yang tidur di kamar sebelah, aku ini kuntilanak. Saking gelinya dengerin cerita mami Kartika, aku kebablasan ketawanya. Sungguh pengalaman tak terlupakan. Aku ini siapa, coba ...

Di acara itu, ada pak dubes Djumala dan mbak Palupi selaku Pensosbud. Itulah pertama kali aku kenal mbak Palupi. Staff itu sekarang gabung Koteka, nih. Seru. Terakhir ketemu mbak Palupi yang ikut Kotekatrip di Jakarta. Aku dikasih oleh-oleh dari Holland Bakery, nendangggg. Sama halnya dengan oleh-oleh yang dikirim lewat Gojek ke hotel tempat aku dipenjara karena masa corona. Sepuluh hari!!! Huhuuuuu ... sepuluh jutaaaa.

Lantas, setelah ngobrol ngalor-ngidul, aku tawari mbak Palupi yang sekarang sudah pensiun untuk mengurusi kegiatan offline Koteka.  Jadi koordinator. Ia berpotensi karena memiliki soft skill yang sudah diasah selama di kemenlu. 

"Mbak . Mbak Palupi Sabtu Ini sudah ada acara?Kalau belum, bisa jadi narsum di Kotekatalk Sabtu ini? Cerita tentang keindahan Wina dan pengalamanmu di sana jadi diplomat. Mbak pernah menari, kalau nggak salah ..." Tanyaku. Senang pinanganku disambut dengan positif.

Peserta zoom (dok.Gana)
Peserta zoom (dok.Gana)

Jadi moderator (dok-Gana)
Jadi moderator (dok-Gana)

Tak kenal maka tak sayang. Sebagai perkenalan ke Kompasianer, aku ajak mbak Palupi untuk wawancara di Kotekatalk. Kotekatalk-151 dihadiri 10 peserta. Sempat menyetel youtube sebagai awal sembari menunggu semua kumpul. Ia menceritakan pengalamannya sebagai diplomat di sana dan bagaimana ia menari tarian tradisional selama mengabdi.  Jadi diplomat perempuan harus waspada terhadap pelecehan seksual. Harus kuat luar dalam, ya. Apalagi nggak ada keluarga yang ikut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun