Dr. Wijaya Kusuma, S.Pd., M.Pd. Nama Kompasianer lama ini pasti sudah sering kalian dengar, jika kalian adalah Kompasianer yang sudah gabung zaman itu. Karena aku gabung sejak Mei 2011, aku kenal nama ini-lah. Apalagi memang beliau itu unikkkkk. Nggak ada duanya.
Blogger yang jadi guru di SMP Labschool Jakarta itu memang rajin mengadakan kegiatan menulis bersama para siswa dan guru. Nggak salah, dong, kalau suatu hari aku mengajak Om Jay, begitu panggilan akrab beliau, untuk menjadi narasumber.
Kotekatalk-147 Sabtu lalu, 14 Oktober 2023.
Hadir 10 orang dalam zoom yang membahas tema tentang desa wisata Tabek Talang Babungo. Desa yang dikatakan narsum sebagai desa surga. Om Jay berasa di rumah sendiri, walau kenyataannya di Solok, Sumatra Utara. Bahkan yang paling mengesankan nggak hanya alamnya yang amboi indahnya tapi juga bagaimana keramahtamahan penduduk yang menyambut Om Jay dan rombongan bak Sultan dari Jakarta itu, menjadi satu kekayaan yang menurutnya hanya ada di tanah air Indonesia Raya. Waktu diceritakan seperti itu, ada awan putih kecil di kepalaku yang menggambarkan Om Jay dikalungi bunga-bunga oleh para bidadari cantik yang berpakaian penuh bunga dan warna. Om Jay meringis kegirangan di antara kebun teh, taman bunga dan tanpa ular di sekelilingnya.
Waktu aku tanya alasan Om Jay jauh-jauh, capek-capek datang ke surga dunia ini, beliau mengatakan bahwa intinya adalah sebagai pembicara untuk teman-teman yang ikut KBMN - Komunitas Belajar Menulis Nusantara. Untuk kebaikan seperti itu, pasti mau, dong, 8 jam perjalanan darat ke sana yang kira-kira jaraknya 200 km. Di Jerman, jarak segitu bisa ditempuh dengan 2 jam saja. Wussss. Semoga suatu hari nanti, ada KA cepat yang akan menembus tempat-tempat hidden gem seperti ini. Amin.
Akibatnya aku jadi pengen ke sana. Tambah semangat waktu Om Jay mengisahkan bea perjalanan ke sana sangat irit. Kira-kira Rp 100.000 sudah bisa makan juga di sana. Makanan ala Padang bisa dilahap di sana. Ditambah bea bensin untuk 8 jam perjalanan. Karena tidak ada hotel, nginapnya di homestay penduduk ya. Merasa seperti di rumah sendiri, kan buntutnya.
Walaupun harganya hemat, belum tentu tempat ini diserbu banyak orang seperti Bali. Tapi bangga juga waktu Om Jay kasih tahu bahwa banyak turis Asia seperti dari Thailand, Kamboja yang ke sana. Jika desa wisata Tabek dikembangkan lagi dan makin maju untuk menawan turis wisatawan asing Eropa atau Amerika, pastilah makin cetar.
Melihat foto-foto yang dikirim Om Jay, mataku menangkap sosok Kompasianer almarhum Dian Kelana yang juga fotografer handal Indonesia yang ternyata juga ikut terlibat di sana. Kepiawaian beliau membidik momen penting di sana, menjadi nilai plus bagi Om Jay. Apalagi Om Jay suka menulis buku. Foto yang bagus akan mendukung penampilan buku yang menarik dan menjual.