Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Karena Koteka, Aku Bertemu Para Dubes di Seluruh Dunia

6 Oktober 2023   03:57 Diperbarui: 6 Oktober 2023   04:04 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Terima kasih, bu dubes Silvy (dok.Gana)

Teman-teman, Selasa malam kemaren, aku baru saja pulang dari Helsinki, Finlandia dan tiba di Jerman, tempatku merantau. Di sana, aku mewakili Koteka atau Komunitas Traveler Kompasiana untuk menghadap ibu dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI ibu H.E. Ratu Silvy Gayatri. Dubes yang pernah mengisi Kotekatalk-44 tahun 2020 itu menerima surat permohonan dari Komunitas untuk menghadap, sekaligus mengadakan zoom Kotekatalk-145 mengenai "Sekilas Helsinki dan Kopi Indonesia di Swalayan Finlandia." Rasanya selangit, secara aku bukan siapa-siapa.

Aku bilang. Kalau aku cuma turis atau traveler biasa, pasti nggak mungkin pejabat tinggi seperti beliau akan menerima kami (aku dan suami) untuk bertatap muka. Bayangkan, agenda seorang duta besar itu buanyaaaakkk dan panjangggg acaranya. Ibu dubes Silvy juga murah hati, itu barangkali sebab aku datang, nggak ditolak.

Bersyukur bahwa aku, menjadi satu dari founder Koteka tahun 2015 dan masih lestari sampai hari ini. Kebetulan tahun 2023 ini aku menjadi ketuanya. Aku bilang, aku nggak ngoyo dalam ikut membangun Koteka dari nol sampai sebesar sekarang ini. Aku menyebutnya konsekwen, bahwa mencintai Koteka itu bisa, kok luar dalam dan terus-menerus, nggak pakai putus. Nggak bertanya apa yang kudapat darinya, tapi apa yang bisa kuberikan padanya. Tenaga dalam  untuk mengisi kegiatan itu selalu ada. Yup, percayalah. Selalu ada jalan untuk melakukan kebaikan. Yuk ... mari-mari.

Oh, iya. Sebelum diterima ibu dubes di Helsinki, Koteka pernah juga menghadap dubes LBBP RI Budapest (Hongaria), H.E Wening Esthyprobo Fatandari, Dubes RI Oslo (Norwegia), Konjen RI Frankfurt (Jerman) dan Konjen RI di Dubai (UEA). Semoga tahun-tahun mendatang, makin banyak dubes yang akan membukakan pintu kepada Komunitas yang getol mempromosikan Indonesia dan mempelajari wisata luar negeri demi membangunnya lebih baik lagi. 

***

Aku ingat perjalanan menuju KBRI. Pagi-pagi aku bangun dan mandi, sarapan di hotel yang gratis karena kami langganan hotel. Setelah itu, kami diangkut taksi menuju sana. Aku nggak nyangka kalau harus keluar 50 euro (Rp 800.000) untuk sampai sana. Aku pikir setengahnya. Karena Koteka nggak ada dana, bea taksi ditanggung penumpang. Haha.

Tinggal di Jerman membuatku takut telat. Padahal sumpah, dulu suka banget telat. Bukan karena malas tapi karena memang punya sepeda motor BMW (bebek merah wagu) yang suka mogok. Belum lagi macet yang nggak pernah kuhitung. Nah, sekarang untuk menghingarinya, supaya nggak telat, lama perjalanan ditambah perkiraan waktu yang tak terduga. Jadinya, janji jam 11 siang, kami berangkat jam 10 dari hotel. Kami perkirakan perjalanan 25 menit dengan kemacetan 10 menit. Sehingga kami masih ada waktu untuk mengatur nafas dan mempersiapkan zoom bersama staff. Contohnya, cek video, cek kamera, cek suara, cek penampilan, cek meja, cek catatan pertanyaan dan masih banyak lagi.

Setiba di sana, aku langsung ke pintu yang terbuka. Itu menuju ruang konsuler yang mengurus visa dan sejenisnya. Kosong. Nggak ada orang. Aku pencet bel, keluar seorang pria. Setelah mengutarakan niat kami bertemu dubes, kami dipersilakan ke bangunan seberangnya.

Lagi-lagi aku pencet  bel. Seorang pria lain membukakan pintu dan aku menyebut nama bu dubes dan pensosbud mbak Ameliya. Kami disuruh menunggu di ruang tunggu. Di sana, ya ampunnn mataku menuju jejeran kopi Indonesia yang membanggakan. Produk kita ini sudah banyak diperkenalkan KBRI Helsinki dalam acara-acara kenegaraan dan acara Indonesia bersama diaspora. Bahkan yang terakhir ada acara uji kopi oleh para ahli kopi Finlandia oleh KBRI.

Senang dan bangga membuncah di dada. Orang Finlandia memang maniak minum kopi. Per tahun diperkirakan satu orang habis 12 kg per tahunnya. Coba, orang Indonesia yang murah kopi. Mandi kopi saja aku kira bisa karena saking mudahnya menemukan kopi dan harganya murah di tanah air, apa juga sebanyak itu konsumsinya per tahun? Minum kopi sudah menjadi budaya orang Eropa, khususnya Finlandia. Padahal mereka tanam pohon kopi mana bisa karena dingin, nggak ada perkebunan kopi. Semua ekspor! Kita buang biji saja, tumbuhhhh!

Beberapa menit sebelum pukul 11, aku sudah berhasil ngetes zoom dengan mbak Ameliya dan salah satu staff lainnya. Berhasil! Aku sapa beberapa peserta yang ada di Jakarta, Semarang, Aceh, Yogyakarta dan Kalimantan.  Aku seneng banget. Fans Kotekatalk masih setia, ah. Inspiratif dan bermanfaat.

Hampir sejam mengobrol dengan ibu dubes, banyak sekali hikmah yang aku petik:

  • Kalau orang Finlandia gandrung sama kopi Indonesia, kita orang Indonesia harus lebih mencintai produk negeri kita ini.
  • Kalau orang Indonesia yang ada di luar negeri masih bangga pakai batik, mempromosikannya. Nah, yang di tanah air jangan sampai kalah. Hari itu, kru KBRI baru saja foto bersama dengan memakai batik. 
  • Aku baru tahu bahwa ibu dubes Silvy memiliki kebiasaan menghormati tamu dengan cara; tamu berada di sebelah kanan beliau saat berfoto. Kalau nggak courtesy begitu, mana aku tahu?
  • Promosi tari, musik dan kuliner Indonesia selalu gencar di mancanegara oleh KBRI dan diaspora. Orang Indonesia di tanah air jangan sampai kalah, ya. 
  • Orang asing sangat memperhatikan packaging. Kalau mau menjual produk Indonesia jangan lupa memperhatikan kemasan produk, supaya banyak dibeli orang. Masukkan isu menarik seperti keperempuanan, lingkungan dan sejenisnya. Selalu ada value yang dijual. Itu kata bu dubes dalam zoom.

Terima kasih, bu dubes Silvy (dok.Gana)
Terima kasih, bu dubes Silvy (dok.Gana)

Setelah ngeteh cantik dengan bu dubes, kami foto bersama dan pamit. Karena nggak ada taksi lewat dan aplikasi HSL yang merupakan vendor transportasi umum di sana tidak berfungsi di HP kami, kami mencari e-scooter. Kalian bayangin nggak sih, aku pakai kain panjang batik ngetril menembus jalanan raya Helsinki yang dingin, berkabut dan berlangit abu-abu hari itu? Duinginnnn tapi seru. Untung aku bawa jaket dan syal. Aku merasa bangga pakai kain batik, lho. Apalagi baju atasan yang aku pakai adalah karya desainer perempuan Indonesia di Jakarta, Poppy Karim. Merasa promosi wastra kita ini di jalanan Helsinki secara gratis. Ternyata nggak usah menunggu catwalk atau jadi model atau peragawati untuk memperkenalkannya. Kebetulan hari itu adalah hari batik nasional. Waktu itu kamu pakai batik, nggak? Hayooo ....

Ngomong-ngomong. Transportasi E-scooter selain bikin aku sporty, juga mengamankan kantong. Karena bea sewanya hanya 3,5 euro atau 50 ribuan rupiah. Lantas, dihitung berapa menit aku mengendarai. Selama lima hari, kami pakai transportasi ini. Soal ini aku akan bahas kemudian, ya. Sekarang aku mau bobok dulu, sudah malam. 

Ya, sudah. Begitulah cerita singkat perjalananku menghadap bu dubes Helsinki, dubes perempuan yang  baik, inspiratif dan membanggakan. Terima kasih, ibu dubes dan kru KBRI Helsinki atas keramahtamahannya. Jumpa lagi.

Jangan bosan di pernak-pernik kisah lain dariku lain kali, ya. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun