Mbak Siti sudah siap di hotel dengan laptop dan HP. Dobel. Ternyata waktu Bali sama Jakarta, beda. Mbak Siti lupa. Dia sudah duduk lama tapi aku belum buka karena jadwalnya belum tiba. Kalau dibuka terlalu lama, waktunya habis. Kan hanya 40 menit. 30 menit zoom lalu 10 menit perpanjangan.
Aku sudah siap dengan baju lurik orang Jawa, yang ini kebetulan juga dipakai masyarakat Kulonprogo yang hadir pada acara Kedundung ke-140, di mana mbak Siti sekeluarga hadir membaur dengan masyarakat setempat.
Obrolan kami berlangsung hangat. Sebelas peserta hadir dari seluruh Indonesia dan Jerman.
Terlihat gambar pertama dengan tulisan "Kepungan Agung", bancakan desa.
Dari Jerman, dikisahkan mbak Siti tiba di bandara internasional Yogyakarta. Walau ada grab dan penjemputan pribadi, mereka memilih naik kereta dengan tiket @Rp 30.000,00. Menikmati kuliner daerah dan pesona desa yang menawan, tentunya merupakan ucapan selamat datang yang luar biasa baginya. Di Jerman nggak ada, tuh. Latihan pencak silat, gorengan, ikan pedas, kambing lewat, penggilingan padi di sawah, panas matahari yang menyengat bikin gosong dan banyak lagi hal-hal menarik yang ditemukan.
Undangan di festival sebenarnya datang dari ibu Siwi, selain dari Noa yang mengajak untuk diskusi dengan kerabat keraton demi promosi di Jerman. Kita jadi tahu bahwa acara adat di sana ada dana istimewa, di mana penduduk bisa pakai baju adat dengan dana yang disediakan. Super! Ini mendukung bangsa Indonesia dalam nguri-uri budaya lokal. Kalau tidak masyarakat setempat, siapa lagi, dong?
Kalian mau ikut mendukung Indonesia khususnya di bidang wisata? Simak acara Kotekatalk setiap hari Sabtu pukul 16.00 melalui zoom. Hanya satu klik, taraaaa! Kita dah jumpa.(G76)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H