Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Belajar Sabar dari Obat Batuk

1 Desember 2022   23:46 Diperbarui: 1 Desember 2022   23:54 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah dua tahunan jadi taksi Gana, akhir-akhir ini, aku merasa males. Awalnya aku merasa, ini orang diperlakukan seperti tuan putri tapi kok memperlakukanku kayak patung. Nggak asyik, ah. Ia sering ngobrol dengan teman sebelah kanan, dibanding saya, teman sebelah kiri. Kalau istiharat nggak memanfaatkan waktu denganku tapi selingkuh dengan yang lain. Jika kami harus meninggalkan ruangan kelas menuju kelas lain (karena kelas selalu ganti tiap mata kuliah, kayak kaum nomaden gitu lah), ia nggak pernah nunggu aku.

Yang ditunggu teman-teman lain. Apa salahku? Terus aku bilang dalam hati "Ini orang gimana, sih. Besok-besok lagi nggak usah panggil taksi Gana. Deket kalau sedang butuh. Nggak butuh dicuekin, emang enak. Awas, ya, pasti suatu hari kirim pesan minta diantar-jemput ke kampus...."

Beberapa hari yang lalu aku sharing ke suami tentang ini. Aku disalahin suami, salahnya sendiri mau jadi taksi. Aku bilang, kenapa tidak. Bukankah menjadi orang baik itu mudah? Dan mobil kursi 7 hanya diduduki satu kursi saja, sayang banget, kan. Dua gitu diisi. Pahalanya ada, kan. Nggak pamrih, kok. Sering dia janji "Kamu suka antar-jemput aku, lain kali aku bikinin kue tar ya. Aku suka bikin kue." Sudah 2,5 tahun teman-teman, kue itu tidak secuilpun mampir di bibirku. Jangankan mampir, gambarnya saja nggak ada  dikirim, tuh ... Wkwk. Ya udah. Bisa kok, bikin kue sendiri. Tapi kata orang kalau sudah janji harus ditepati. Betul?

Kemudian, beberapa minggu yang lalu, kami ada study tur ke Hamburg. Kami berlima yang duduk satu baris bangku, akhirnya tidur sekamar di hotel. Dia sekamar juga denganku, guys. Suatu malam ketika aku tidur lebih awal karena capek, aku terbangun malam-malam. Walaupun nggak bangkit dari tempat tidur, aku mendengar sayup-sayup percakapannya dengan teman-teman lain. Ia gosipin aku. Katanya begini "Gana itu tukang tidur. Aneh. Dia juga seneng mandiri. 

Apa-apa dikerjakan sendiri. Ia nggak butuh bantuan siapapun." Teman lain membela, "Betul. Tapi Gana punya karakter kuat. Aku suka." Temanku yang suka aku antar-jemput nyambung lagi, "Iya, tapi dia suaranya kenceng. Bikin aku stress." Teman lain yang lagi rebahan menyahut "Bener, Gana rame banget orangnya."

Duarrr. Rasanya dadaku meledak. Ternyata begitu perlakuan teman yang dianterin 2,5 tahun kuliah. Aku yakin, orang sabar disayang Tuhan. Aku nggak langsung bangun dan menanggapi mereka. Buat apa? Bikin  bertengkar. Aku hanya berjanji bahwa kalau aku tetap berbuat baik kepada orang lain, suatu hari aku akan dibantu orang lain, tapi bukan orang yang telah aku tolong. Aku yakin, ada lingkaran emas yang ada di bumi ini. Malaikat ada di mana-mana. Dan untuk urusan antar-jemput sudah stop, karena ia punya mobil baru, sih.

Usai kejadian itu, aku nggak bahas, teman-teman. Buat apa. Aku sudah tua dan mereka lebih muda dari aku. Hanya saja, aku jadi tahu, teman yang duduk sebelahan itu menyimpan bara. Aku hanya janji dalam batin "Sekarang kamu sudah punya dua mobil, bisa berangkat dan pulang sendiri. Aku yakin, suatu hari kamu akan berhutang budi di hal yang lainnya."

Kok, aku ini kayak cenayang yang bisa membaca masa depan, sih. Ih, semoga bukan nenek sihir. Jadi sudah sejak beberapa hari ini ia sakit batuk nggak sembuh-sembuh. Terus malam-malam, ia nggak bisa tidur. Aku sarankan dia mampir ke rumahku untuk mengambil obat batuk. Masih disegel dan gratis! Kalau apotik kan kebanyakan sudah tutup. 

Apalagi kami tinggal di kampung yang dikelilingi hutan dan pegunungan. Nggak ada apotik. Nunggu besok paginya buat beli obat pastinya nggak keburu. Batuk membuat ia dan suami nggak bisa tidur. Iya, dia dapat obat batuk dari aku. Sekarang sudah agak sembuhan. 

Coba bayangkan kalau aku cerita ke dia, aku tahu apa yang ada di pikirannya tentang aku tapi aku membalasnya dengan kebaikan. Bisa njomplang ke belakang, tuh. Artinya, ketika pipi kiriku ditampar, aku  poles pipinya dengan blush on biar cantik. Wkwkwk ... ada aja.

Udah, ah. Sharingnya udahan. Aku ada 3 ujian lagi minggu depan. Harus mulai dicicil  hari ini, supaya nggak kepontal-pontal bahasa Jawanya, yang artinya jatuh-bangun. Mana tahun depan sudah skripsi. Hih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun