Kayaknya anak-anak Ukraina bosen disuruh belajar lagi kayak TK. Menulis alfabet, mengulangnya lagi dan lagi. Tapi mau gimana lagi. Untuk bahasa Ukraina mereka memang jago, tapi untuk bahasa asing seperti bahasa Jerman mereka kan nol atau masih bayi, jadi ya dari bawah sekali. Kalau untuk matematika, mereka pandai. Ketika saya koreksi, kesalahannya minim.
Urusan seni, mereka suka menggambar dan hasta karya. Bagus lho, hasilnya. Baru modul kedua agak lumayan oke karena tentang percakapan. Misalnya mengucapkan salam Guten Morgen (untuk pagi), Guten Tag (untuk siang) dan Guten Abend (untuk malam), Wie geht es dir? (red: apa kabarmu?).
Modul ketiga adalah kamus Jerman -- Ukraina. Mereka cepat menangkap. Mungkin karena masih anak-anak. Kalau saya yang belajar, pasti 10 tahun saja nggak cukup fasih. Wkwk. Otaknya sudah penuh isinya. Duduk di tengah di antara kedua anak Ukraina, saya jadi sibuk. Kadang kami harus pindah ke ruang kelas sebelah supaya masing-masing bisa konsentrasi.
Mengajari mereka berdua kann harus berisik, tidak dengan bahasa isyarat. Berkali-kali, saya harus mengingatkan salah satu dari mereka untuk menyimpan HP di ransel saja, nggak perlu lihat Google Translate atau lingua terus.
Soalnya anak-anak Jerman itu kritis, pada protes, "Mengapa anak Ukraina boleh bawa HP ke sekolah dasar tapi kami dilarang keras? Mereka boleh telpon dengan mamanya, kakaknya ... kami nggak."
***
Itu tadi sekelumit pengalaman saya menjadi pendamping anak-anak Ukraina yang mengungsi ke Jerman. Biasanya, mereka ini punya keluarga atau kerabat dekat yang bisa ditumpangi.
Di Jerman, sudah banyak keluarga yang merelakan kamar atau bagian dari rumahnya untuk ditempati untuk berlindung, walaupun nggak ada hubungan apa-apa.
Bantuan berupa alat tulis, uang dan lainnya mengalir kepada mereka. Dana digalang di mana-mana untuk membantu mereka yang membutuhkan akibat aksi anti damai yang dilakukan Rusia.
Kedatangan masyarakat Ukraina ke Jerman adalah dampak dari invasi Rusia terhadap Ukraina.
Negara tempat asal Wladimir Klitschko, mantan petinju yang malang melintang di Jerman itu hancur. Ketakutan membuat rakyatnya melarikan diri, menyebar ke negara-negara tetangga terdekat termasuk Jerman. Sedangkan yang gagah berani untuk mempertahankan negaranya, memilih untuk tetap tinggal dan berperang. Semoga damai di bumi segera nyata. (G76)