Ketika salah satu anaknya terpapar corona dari sekolah dan kembali ke rumah, menularkan kepada anggota keluarganya.
Setelah dites PCR, ada bapak dan anak bungsu yang negatif. Artinya hanya 3 orang yang positif walau serumah.
Itu serupa dengan kejadian teman Iran saya tadi. Satu-satunya yang selamat adalah suaminya.
Kata suaminya, "Aku minum banyak vitamin, tubuhku sehat, kuat dan fit. Virus mental." Teman saya cemberut. Bukankah mereka tidur seranjang?
Saya ngakak. Bisa dinalar juga, karena namanya virus dan teman-temannya biasa menyerang tubuh yang lemah.
Kalau tubuhnya sehat, pasti nggak mudah kena, bisa karate atau salto, tentu saja selain memperhatikan protokol kesehatan dengan baik dan benar.
Hal yang sama terjadi di rumah kami. Dari awal saya sudah curiga anak kedua yang pilek akan terpapar.
Selain di sekolah sedang marak penularan corona dari satu anak ke anak yang lain, dengan kondisi yang lemah, virus Covid-19 akan mudah masuk. Dan benarlah. Anak kami setelah dites resmi di lembaga yang ditunjuk, alhasil positif. Akhirnya semua dites PCR, semua positif, kecuali saya.
Segera saya persiapkan masing-masing kamar untuk karantina. Kewajiban memakai masker di dalam rumah kecuali di kamar, saya berlakukan. Pokoknya saya galak banget. Takut dan nggak nyaman kalau saya juga kena karena selain kerja, saya kuliah dan kalau sakit, nggak ada yang urus rumah dan keluarga. Repot! Walaupun saya sudah booster, saya tahu, pasti bisa kena kalau lengah.
Yang sudah terkena Corona Namanya Genesen alias "Geboostert"
Bagaimana kelanjutannya kalau ada yang terpapar? Kapan boleh bisa kembali beraktivitas dengan normal?