Pengetesan dilakukan serempak, supaya kelas bisa dimulai serempak pula. Butuh 15 menit untuk mengetahui hasilnya, selama itu, bisa untuk baca buku atau bahan pelajaran. Jika hasilnya satu strip pada C artinya negatif jika T berarti (gagal alias terjadi kesalahan dari proses pengetesan entah dari lendir yang kurang atau sebab lain). Dua strips, positif.
Dua minggu lagi, saya tidak perlu melakukan tes seperti ini karena sudah divaksin selama dua kali.
Kami satu Angkatan berjumlah 30 orang. Tadinya 31 tapi satu orang sudah mengundurkan diri di minggu pertama. Entah berapa orang lagi yang akan gugur di tahun kedua. Juli adalah akhir dari masa Pendidikan tahun pertama. Legaaaa pasti, ya. Tinggal sebulan. Hiks. Berat juga sekolah dengan Bahasa yang bukan bahasa ibu. Keriting dan pening kepala ini.
Karena meja di dalam kelas harus berjarak 1,5 meter, tentu tidak memungkinkan jika semua masuk dan ini sangat riskan dengan penyebaran virus. Semakin banyak orang, semakin banyak virus yang menari-nari.
Makanya, pihak sekolah memutuskan untuk membagi dua tiap kelas. Ada grup A dan grup B. Meskipun nama saya Gana, awalan hurufnya G, tidak masuk grup A melainkan B, mengingat mengikuti nama keluarga, Stegmann alias St. Yah, belajar ABC lagi.
Kelas memang agak sepi karena hanya 15 orang kalau masuk semua, kalau sakit 5, sepiiiii banget. Heran, banyak teman yang masih muda, tapi tidak termotivasi untuk rajin datang ke sekolah.
Di dalam kelas, ada display beamer yang menjadi acuan guru untuk mengajar dua kelas. Separoh kelas yang hadir di ruangan dan separoh kelas yang mengakses proses belajar mengajar dari rumah alias memakai Alfa view.
Tablet kecil menjadi display guru untuk melihat peserta didik yang ada di rumah online. Kelemahannya adalah kami tidak bisa melihat mereka tapi mereka bisa melihat kami, karena kelas ada CCTV nya yang disambungkan dengan Alfa view. Suara dari mereka yang ada di rumah, jika ada yang menjawab pertanyaan atau bertanya, tidak begitu jelas. Begitu pula ketika saya sekolah online dan grup A hadir di kelas. Mungkin karena tidak ada speaker.
Semua materi bagi yang sekolah online bisa diunduh di moodle atau web.untis. Sedangkan yang hadir di dalam kelas, mendapatkan foto kopi dari guru. Pusing Barbie betul, sekolah di Jerman banyak sekali bahan foto kopi yang harus dibaca, dicerna dan ditanggalkan di dalam kepala. Happy sekali kalau tahun 2023 nanti kelar. Kita tumpengan dan pesta bakar sate di kebun! Inshaallahhhh.
***