"Semua HP, laptop, Ipad ditinggal di rumah." Suami sudah kasih aba-aba. Ia berlagak galak. Padahal pria saya ini tidak begitu.
"Yaaaaahhh ..." Kami bertiga seperti anggota koor yang sedih karena dilarang membawa gadget.
"Hari ini hari Minggu, hari keluarga. Nanti kalau semua main HP, nggak asyik. Hari harus dimanfaatkan untuk lebih mesra satu sama lain kan seminggu beraktivitas sibuk sendiri-sendiri. Anak-anak sekolah online, kamu dan aku kerja. Pulang sudah sore, lalu makan malam, duduk sebentar eee sudah malam harus tidur," Suami saya berpesan.
Belahan jiwa saya itu paling suka kalau berlibur di mana tidak ada jaringan internet. Kaminya yang mewek. Paling seneng lagi kalau ada di pulau terpencil yang nggak ada apa-apanya. Yahh, serem, seperti di film horror. Enggak asyik.
Dan dulu sebelum pandemi, Jumat sore sampai Minggu sore, kami biasa traveling mengunjungi kota-kota Jerman atau kota di negeri sebelah seperti Perancis atau Swiss. Sayang, sekarang hal itu hanya fatamorgana.
Setelah berargumen, suami mengangguk. Saya boleh bawa HP untuk memotret saja, tidak boleh untuk melihat sesuatu. Iya, karena hari itu, kami hendak pergi ke Oster Wanderweg di kota. "Siap, komandan." Janji saya terpatri.
"Oster" artinya paskah. "Wander" dari kata "wandern" alias jalan-jalan. "Weg" sama saja dengan jalan setapak. Jadi jalan setapak yang ditandai dengan penanda jalan yang memungkinkan orang untuk mengikuti rute yang ada (bisa panjang, bisa pendek), dengan dekorasi menarik yang berkenaan dengan paskah (telur, kelinci, tanaman musim semi seperti Narsiscus).Di sana, ada sebuah jalan lurus yang ditumbuhi pepohonan.
Nah, jalan setapak yang kami kunjungi hari itu adalah di kawasan Tuttlingen, pusat pabrik alat kedokteran yang terkenal di seluruh dunia. Oh ya, Tuttlingen ini bisa dicapai melalui bandara Zurich.
Dengan menggunakan kendaraan pribadi bisa 1-1,5 jam sampai. Pakai kereta bisa 2 jam lebih sedikit. Kalau melalui bandara Frankfurt, 3 jam dengan mobil pribadi atau 4 jam dengan kereta.
Dari Berlin tambah jauh lagi, dengan kereta api harus ditempuh setidaknya 6-7 jam dengan naik-turun kereta berulang kali atau dengan kendaraan pribadi selama 6 jam.