Setelah setengah jam di luar, kami masuk dan makan siang. Begitu anak-anak ditidurkan, aku boleh istirahat. Di dapur, aku ketemu tukang masak. Karena dia baik sekali, aku sudah siapkan kejutan dari rumah. Serangkaian mie Jerman dengan bentuk bouquet. Unyu-unyu, ya? Si ibu seneng banget dan nggak nyangka kalau dapat hadiah.
Aku bilang, dia sudah mengenyangkan perut kami setiap hari, ini cara aku berterima kasih padanya. Dialah orang yang suka ngasih gelas 5 liter dari sisa tempat timun Jerman yang gede dan asam itu. Aku pikir buat tempat krupuk lah. Kamu tahu krupuk, kann, Dy? Itu camilan kesukaan orang Indonesia. Dan selama di Jerman ini, aku masih kampungan banget, kalau makan nggak pakai sambal dan krupuk rasanya gerah.
Nggak terasa, istirahat cuma 30 menit itu seperti kilat, aku balik ke kelas lagi. Karena aku disuruh jagain anak-anak tidur, supaya guru lain bisa gantian istirahat, aku masuk ruang tidur. Ini kamar baunya ketek banget. Aku nggak tahu, siapa yang belum mandi hari ini. Payah. Bau badan dipiara, nyebelin.
Dy, untung saja sepuluh menit kemudian, ada guru lain yang bilang. Horeee, aku boleh keluar dan belajar untuk sekolah. Kalau enggak, pasti aku sudah pingsan kalau musti dua jam di kamar tidur anak ini. Bau ketek ngalahin bau pesingnya popok anak-anak innocent itu. Huh!
Tepat jam 2 anak-anak dibangunin, diganti popoknya lalu makan camilan. Yailah, tiga kali sehari dikasih makan di sekolah, nggak heran anak-anak Jerman gede-gede. Jam tiga mereka baru dijemput orang tuanya. Hari ini, kami bebas lebih cepat dari biasanya. Sayangnya, ada tugas dari bu bos buat membongkar dua lemari isi inventaris. Ya, udah. Nongkrong di lantai sambil menyortir barang-barang itu untuk dimasukin yang bener di masing-masing kotak. Idih, siapa sih, yang suka campur-campurin barang seenaknya? Bukankah sudah ada Namanya di tiap laci? Males banget.
Sejam kemudian, pekerjaan beres. Kalau kemarin aku disanjung guru wali kelas yang baru "Aku belum pernah lihat orang serajin kamu di sekolah ini", hari ini aku dipuji "Kamu orangnya baik sekali dan perhatian." Sini pinjem helmnya, Dy. Aku takut gede rasa. Mengapa coba dipuji? Gara-garanya, aku bagi-bagi sabun rasa mawar favoritku ke 16 guru sebagai ucapan selamat tahun baru. Aku membahagiakan orang dengan cara yang sederhana. Eaaaaa ....
Tepat jam 4 sore, aku ngecek dapur apa pekerjaan masih ada yang bisa diselesaikan. Ternyata semua sudah selesai. Aku tanya guru wali kelas, aku harus bantu apa lagi dan akhirnya, dikasih pekerjaan membuat portofolio salah satu anak. Menempelkan foto-foto dokumentasi kegiatan si anak dan menuliskan komentar di sana. Ceritanya, nanti kalau sudah lulus TK, ini semacam raportnya, ngapain saja selama di taman kanak-kanak. Maklum, kann mahal. Orang tua harus tahu untuk apa uang dikeluarkan tidak dengan percuma.
Kata perempuan cantik yang wajahnya kayak Monalisa itu, kalau aku mau, aku boleh membuat portofolia si John. Padahal aku belum pernah membuat portofolio seumur hidupku tapi aku mau mencoba. Wajahku agak berseri-seri karena dipercaya membuat tugas yang sulit. Mana pakai bahasa Jerman lagi. Lirih, perempuan berambut coklat bermata biru itu menjawabku, Dy. Keren, ya.
Biasanya kalau bekerja, aku diam dan konsentrasi. Nggak terasa, teman-teman meninggalkanku sendirian di gedung sekolah. Kata mereka, mereka duluan karena repot dengan mobil yang tertimbun salju selama 8 jam dan nggak bisa pulang. Terjebak!
Begitu selesai, aku rapikan kursi di kelas dan dokumen di atas meja. Aku berharap, mobilku nggak terjebak, Dy. Sayang sekali aku salah. Mobilku tak hanya makin besar karena tumpukan salju tetapi juga tertutup rapat dengan salju. Mobilku hilang! Kalau ada Superman, pasti aku minta bantuan buat meniup supaya salju hilang. Yah, tanganku kedinginan membersihkan salju tebal yang menyelimuti mobil.
Berhasil keluar dari tempat parkir dengan selamat, aku menuju rumah. Lagi-lagi jalanan penuh. Semua mobil berjalan seperti semut. Hujan badai salju! Kalau tadi pagi bisa 50 kmh, ini hanya 30 kmh, Dy!