Maklum, hidup di Jerman harus serba mandiri, semua dikerjakan sendiri. Bayangkan bagaimana mengatur anak-anak, rumah tangga, membantu suami dan bekerja. Bahkan tahun ini saya sekolah (lagi) artinya, jika 8 jam saja sudah habis di luar rumah dan masih banyak antrian pekerjaan rumah tangga setiba di rumah, sangat tidak mudah untuk memiliki waktu khusus untuk duduk dan menulis artikel di Kompasiana.
Jadi tipsnya, sekali lagi, ngalir tapi tetap ada cita-cita yang membara, "Saya ingin mencapai 50.000 poin tahun ini."
Kedua, menyebarkan artikel di media sosial yang saya punya. Namanya saja medsos, jadi kalau kita tidak mengabarkan dunia tentang apa yang terjadi dalam hidup kita, orang lain tidak akan tahu. Ini corong yang harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Tidak ada yang larang, kok dan ini, gratis!
Jadi setelah menulis artikel, biasanya yang bagus, saya sebarkan di twitter dan facebook. Tidak banyak memang tambahan pembacanya, tetapi saya yakin manfaatnya besar dan mampu menginspirasi pembacanya. Ini termasuk salah satu "personal branding" saya sebagai Gana Stegmann.
Hikmah yang tersirat dalam pencapaian poin
Setelah hari ini mencapai poin 50.007, lantas apa? Artinya, saya sudah mencapai cita-cita saya, dong. Apakah saya berhenti? Tidak. Tujuan berikutnya adalah status: senior lalu maestro. Mohon doanya. Teman-teman yang belum fanatik, mau ikut saya? "Follow me if you can."
Naik pangkat jadi "Fanatik" di blog keroyokan kita, Kompasiana.com ini merupakan momen yang luar biasa dan membanggakan. Tapi benarkah saya orang yang fanatik dengan Kompasiana?
Pasti dong, kalau tidak, mana mungkin saya masih di sini dan dapat poin sebanyak itu kalau tidak rajin menulis di sini dan pindah-pindah atau timbul-tenggelam? Untuk meraih status ini, saya butuh waktu hampir 10 tahun. Untuk beberapa orang mungkin lebih pendek waktunya karena tiap orang punya kehidupan sendiri-sendiri.
Hanya saja, saya yakin, angka sepuluh saya ini memiliki makna kuantitas dan kualitas. Artinya, 10 tahun merupakan rentang waktu yang panjang untuk berada di Kompasiana yang orangnya berbeda latar belakang, tujuannya macam-macam dan karakternya beda-beda.
Selama sejarah berada di Kompasiana, banyak perseteruan, banyak masalah, banyak coretan merah yang saya baca, lihat dan rasakan tak ubahnya "roller coaster." Jika saya tidak kuat, pasti saya sudah hengkang dari dulu.
Kemudian, 10 tahun ini saya mencoba menjaga kualitas lewat tulisan saya dengan berkiblat pada segala sesuatu yang berhubungan dengan Jerman dan boleh sesekali kepleset dengan hal lain tapi tidak banyak, sebagai variasi dari efek fokus supaya tidak stress.