Sebelumnya, saya sudah bergabung di ruang yang lain, di mana Kompasianer rombongan balas pesan sudah ramai menuliskan kalimat demi kalimat.
Kembali ke ruang mini. Di layar saya amati ada sematan titel Best in Fiction dan Best in Specific Interest. Bukankah tiap kategori 5 orang, berarti ini sudah disaring? O, ini mereka yang bakal mendapatkan award, tho?
Saya mengira, saya akan dipersilakan Dik Yos sang MC yang lucu untuk menyampaikan pidato sebelum pengumuman award. Eh, mengapa belum juga dipersilakan? Saya makin bingung dan menuliskan pertanyaan lagi, "Pidato saya kapan, ya?" Sayang, tidak ada yang menjawab.
Menjadi Kompasianer yang tidak masuk nominasi dalam pencalonan best ini dan itu dalam Kompasianival 2020, saya sudah siap tidak mendapat penghargaan. Bagaimana mungkin dapat award? Dicalonkan tidak, dinominasikan juga tidak, di-vote pasti juga tidak. Artinya, tidak bisa menang. Satu demi satu pengumuman pemenang terlewati.
Lalu pikiran saya melayang pada Best Community. GR, gede rasa. Mungkin saja saya di sini demi mewakili Komunitas Traveler Kompasiana yang akan menang. Aduh, ternyata juga bukan. Komik yang menang dan diterima pengurus, yakni mbak Dewi.
Saya makin dag-dig-dug, apa saya akan menerima award Best in Life Achievement atau Kompasianival of the Year 2020? Rasanya tidak mungkin!
Tidak, ini mustahil. Saya hanya diminta untuk memberikan sambutan penerimaan hadiah. Tapi mengapa tidak di awal melainkan di belakang? Jantung saya larinya seperti pacuan kuda dikasih cabai di padang rumput.
Tiba saatnya, Dik Yos menyebut nama saya sebagai Kompasianival of the Year 2020. Kaget, heran, nggak nyangka mendengar nama saya disebut.
Pidato yang parau dan bikin merinding
"Nah, sekarang pidatonya," salah satu Kompasianer di ruang mini menuliskan kalimatnya.
Pidato sambutan yang sudah saya siapkan harus berubah isinya karena konteksnya sudah beda. Grogi.