Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Bagaimana Kalau Honor Narsum Zoom Disunat?

26 November 2020   18:04 Diperbarui: 26 November 2020   18:10 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zoom bersama Universitas Negeri Surabaya (dok.Gana)

Sebuah pesan whatsapp sekilas terbaca. Isinya pihak panitia memberitahukan bahwa akan ada apreasiasi panitia berupa honor narasumber pada saya. Namun, jumlah itu akan dipotong. Kalau dapat 500 ribu, saya hanya dapat 200 ribu atau kalau saya dapat 1,5 juta, saya harus mengembalikan 1 juta.

Antara senang dengan rejeki nomplok dan terkejut dengan penyunatan, saya tanyakan alasannya. Bukankah tanya tidak dilarang dan tidak bayar? Saya harus berani bertanya sebab "malu bertanya sesat di jalan." Makanya saya manfaatkan, supaya menjadikan periksa.

Ternyata menurut keterangan panitia dan managemen, itu untuk langganan premium zoom yang tentu tidak murah dan panitia tidak ada dana yang cukup. Saya ingat dengan kegiatan kami di Komunitas Traveler Kompasiana. Dengan dana sokongan dari Kompasiana untuk setahun dan jika digunakan untuk membayar langganan zoom, pasti tidak bisa melakukan kegiatan lainnya. Untunglah, selama 14 zoom, kami tertolong dengan uluran kantor SGPP Bogor melalui mas Ony-salah satu admin Koteka. Buntutnya, zoom gratis. Alhamdulillah. Untuk kebaikan memang selalu ada jalan, yakinlah!

Balik lagi ke acara sunatan, saya mengangguk, jika ini untuk kebaikan karena nanti uang toh digunakan untuk zoom-zoom berikutnya demi mencari ilmu, mengapa tidak? Bagus, malah. Kalau ada yang hilang pasti akan kembali, ada gantinya. Betul?

Zoom bersama Kompasiana.com (dok.screenshot Gana)
Zoom bersama Kompasiana.com (dok.screenshot Gana)
Zoom bersama EDSA UPGRIS Semarang (dok.Edsa)
Zoom bersama EDSA UPGRIS Semarang (dok.Edsa)
Berapa sebenarnya standar honor narsum?

Kalau tadi saya sebutkan contoh jumlah honor seperti di atas, saya jadi ingin tahu sebenarnya berapa sih standar honor jadi narasumber zoom itu?

Sebuah website milik Fasicha-Financial Scheming Champion/Juara Perencanaan Keuangan, menerangkan tentang SBM -- Standar Biaya Masukan 2020. Betul, ada kelasnya. Kita sebagai narasumber masuk kelas berapa, ada perkiraan honornya sendiri-sendiri.

Informasi yang baru saya tahu dari sana adalah, ternyata ada tiga macam  honorarium yaitu untuk moderator, narasumber dan panitia. Wah asyik, ya, ada juga itungan untuk yang capek ngurusin acara. Saya hitung kalau saya ketua dan bikin 14 kali zoom sama dengan Rp 400.000,00 x 14=Rp 5.600.000,00. Jika saya anggota, kalkulasinya Rp 300.000,00 x 14 = Rp 4.200.000,00. Jumlah yang sangat menggiurkan, tapi masalahnya nggak ada dana! Jadinya itu hanya kerja keras yang didasarkan atas kerelawanan dan interest, seperti misi awal bergabung dengan komunitas tersebut. Saya paham ini dan tidak mengharapkan selain pengalaman, ilmu pengetahuan dan koneksi baru.

Berikutnya, ditambahkan dalam artikel yang saya baca, jumlah honorarium ada tingkatannya dimulai RP 1.700.000 sampai Rp 900.000,00 per jam. Tingkatan paling tinggi biasanya adalah menteri dan sederajat, kemudian turun dari pejabat eselon I -- III dan di bawahnya.

Ditulis di sana bahwa penyunatan, yaitu sebesar 50% hanya berlaku pada narasumber yang berasal dari dalam unit organisasi eselon I, penyelenggara. Naaah ... ini dia. Saya bukan orang dalam. Saya orang luar (organisasi) dan tinggal di luar negeri, tambah kena pajak kan.

Zoom bersama Koteka dan KBRI Berlin, Jerman (dok.Gana)
Zoom bersama Koteka dan KBRI Berlin, Jerman (dok.Gana)
Zoom bersama Koteka dan KBRI Wina, Austria (dok.Gana)
Zoom bersama Koteka dan KBRI Wina, Austria (dok.Gana)
Zoom dengan Universitas Negeri Jakarta (dok.Gana)
Zoom dengan Universitas Negeri Jakarta (dok.Gana)
Hobi baru saya? Nge-zoom!

Zoom adalah hobi baru saya selama masa pandemi yang di Jerman WFH sudah mulai Februari. Selama di rumah, zoom tidak hanya digelar di Indonesia tapi juga di Jerman dan EU lainnya. Mumpung lagi ada waktu dan tak perlu ke mana-mana, saya selalu ikut. Kata suami saya, saya ini zoom mania.

Banyak manfaat dan hikmah yang saya dapatkan. Paling seru mendapat teman dan koneksi baru untuk mengembangkan kegiatan saya selama ini. Kalau karantina di rumah hanya melungker di kamar, rugi. 

Pun ketika di Jerman WFH mulai dicabut per Juni 2020, saya tetap ketagihan zoom. Hobi ini saya sesuaikan dengan jam sekolah/kerja saya. Makanya, saya suka pilih yang hari Sabtu dan Minggu. Bebas dan santai.

Bagaimana rasanya ikut zoom?

  • Histeris ikut zoom di mana ada Rano Karno yang begitu santai berbicara di dalam acara. Romantisme "Doel anak dengan berbahasa Inggris sekolahan" sekilas lewat di kepala saya. Informasi tentang zoom saya dapat dari Whatsapp group diaspora di Jerman. Meski chat privat saya tidak dibalas dalam zoom oleh bang Rano, semoga tetap terbaca.
  • Zoom dengan pakar dari berbagai negara yang digagas IFRCRCS, lembaga palang merah sedunia yang pernah memberi kesempatan saya ikut seminar internasional tahun 1994 di Philipina. Di zoom yang diikuti orang sedunia itu saya senang, makin mengasah kemampuan Bahasa Inggris untuk memahami aksen dan dialek masing-masing pembicara. Undangan zoom sendiri, saya dapat dari Facebook.
  • Bangga, sangat bangga Indonesia punya artis sekaliber mbak Chris. Itu ketika Christine Hakim mengulas sebuah film yang dibintanginya "Rewang" dalam sebuah zoom di Belanda, ah seru sekali. Lagi, dong.

Dari semua itu, saya menyangka kalau warga biasa seperti saya bisa tidak bisa jadi narasumber. Lihatlah, narasumber yang dihadirkan di sana-sini sangat berkilau seperti menteri sampai artis. Apalah saya ini? Kemudian, pada suatu waktu, saya mulai terbuka mata bahwa kesempatan itu ada, hanya masalah waktu. Kita harus sabar menunggu. Orang sabar itu subur.

Dan waktu itu telah tiba....

Awal-awal menjadi narasumber zoom adalah dari Kompasiana di acara A to Z. Kebetulan hari itu saya libur, jadi bisa. Jika tidak, mana mungkin bekerja 8 jam sehari ditambah beda waktu Jerman yang 6 jam lebih terlambat dari Indonesia, memberikan kondisi yang kondusif untuk menjadi narasumber?

Waktu itu, saya diberi honor. Karena saya mewakili Koteka, Komunitas Traveler Kompasiana, dana saya kembalikan kepada komunitas untuk pengembangan. Saya tidak mewakili secara pribadi jadi rasanya kurang pas kalau uang saya nikmati sendiri. Waktu itu saya bukan Gana tapi Komunitas Traveler Kompasiana.

Lantas, dari situ Tuhan memberikan rejeki zoom-zoom berikutnya:

  • Narasumber Gather.Inc "Change Together" bersama Kompasiana.com, Jakarta 27 Juni 2020.
  • Narasumber "Peran Perempuan Dalam Melestarikan Budaya Indonesia" bersama Permif Indonesia-Frankfurt, Jerman 18 Juli 2020.
  • Narasumber "How to Publish a Book" bersama Komunitas Traveler Kompasiana, Bogor 1 Agustus 2020.
  • Narasumber "Sosok" bersama Up Radio Semarang, Semarang 3 Agustus 2020.
  • Narasumber "Menjaga Budaya Nusantara di Manca Negara" bersama Youtuber Ary Hellya Kurniati, Jakarta 7 Agustus 2020.
  • Moderator "Apa Kata Orang Jerman Tentang Wisata Indonesia?" bersama Komunitas Traveler Kompasiana, Jerman 8 Agustus 2020.
  • Moderator "Travel dan Melukis di Usia Senja? Enjoy Aja!" bersama Komunitas Traveler Kompasiana, Yogyakarta 15 Agustus 2020.
  • Narasumber "Cara Austria Menangani Covid19 dan Sekilas Wina" bersama Komunitas Traveler Kompasiana, Wina 26 September 2020.
  • Narasumber "Read Your Book, Reach Your Dream" bersama EDSA Universitas PGRI Semarang, Semarang 27 September 2020.
  • Narasumber "Kuliah Tamu Budaya Jerman" bersama Universitas Negeri Surabaya dan Universitas Negeri Medan, Surabaya 26 Oktober 2020.
  • Narasumber "Mengenal Budaya Jerman untuk Meningkatkan Kualitas Individu Menghadapi Era Baru" bersama Universitas Negeri Jakarta, Jakarta 21 November 2020.
  • Narasumber "Teaching English for Young Learners and Senior Learners in Germany" bersama Kantor Internasional UPGRIS Semarang, Semarang 28 November 2020.
  • Narsumber "A Glimpse of Germany and Ausbildung, Studying and Working in Germany" bersama Universitas Katolik Soegijopranoto Semarang, Semarang 5 Desember 2020.
  • Narasumber "Cara Menulis Buku dan Menerbitkannya" bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Frankfurt, Frankfurt 8 Desember 2020.

Dan masih banyak lagi pesanan dari beragam universitas dan komunitas yang sedang dalam penggodogan. Artinya, kalau kita membukakan pintu untuk orang lain, pintu lain akan terbuka untuk kita. Apalagi jika niatnya baik, pasti pintu akan dibukakan lebar dari satu zoom menjalar ke zoom lainnya.  Tidak masalah apakah kita  tidak mendapat honor alias gratis dengan ucapan terima kasih, mendapat honor sedikit, atau mendapat honor tapi disunat, semua itu pasti ada manfaat dan hikmahnya. Dan itu tidak boleh membuat hobi saya ber-zoom ria berhenti. Rugilah saya dan mereka yang bisa saja rindu wawasan dan ilmu baru yang akan saya bagikan. Artikel tentang warga biasa ternyata bisa jadi narsum sudah saya posting di sini. 

***

Itu tadi obrolan saya tentang pengalaman hobi baru saya, nge-zoom. Memanfaatkan waktu supaya tidak boring aka jenuh serta menggali bakat dan minat semaksimal mungkin. Mulai jadi peserta biasa, panitia sampai menjadi narasumber, is OK. Dikarenakan saya ini orangnya suka ngomong, public speaking dan bersosialisasi, zoom ini pas sekali untuk saya. 

Ada banyak hal yang saya pelajari dan ingin saya sebarkan kepada teman-teman di sini, supaya ada gambaran jika ini akan dialami suatu hari nanti. Iya, jadi narsum dan dapat honor alias hoki. Bahkan jika temanya sesuai dengan buku-buku saya, dalam materi yang saya sampaikan, diselipkan cerita atau sampul buku-buku hasil karya saya "Exploring Germany", "Unbelievable Germany" dan "Banyak Cara Menuju Jerman" yang bisa direkomendasikan untuk info selanjutnya bagi peserta yang masih penasaran. Ini saya sebut, soft marketing. Nah, hobi bisa jadi rejeki kan. Percayalah!

Selain itu, berpartisipasi dalam zoom sangat membantu personal branding saya. Saya di Jerman tapi bisa berada di mana-mana, hanya dalam satu jari (klik). Bukahkah itu magic dan luar biasa? Thanks to technology.

Sekarang, apa hobi kalian  selama pandemi? Berbagilah, you can be proud of yourself! (G76).

 

Ramaikan blog competition Semarkutigakom (dok.Semarkutigakom)
Ramaikan blog competition Semarkutigakom (dok.Semarkutigakom)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun