Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Sudahkah Anda Minum 2 Liter Air Per Hari?

30 Oktober 2020   21:54 Diperbarui: 31 Oktober 2020   18:24 1795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari itu Rabu, saatnya bekerja di taman Kanak-kanak setelah hari Senin dan Selasa sekolah. Sejak pukul 8.25 saya sudah sampai di tempat. Begitu membuka pintu, anak-anak menyambut dengan hangat. 

Ada yang minta disayang, ada yang minta dipeluk, ada yang minta digendong. Pokoknya heboh. Ini salah satu motivasi mengapa saya suka berada di sana. Seperti di taman surga penuh dengan anak-anak tanpa dosa.

Tak terasa, waktunya makan siang. Pukul 11.00 itu kami sudah mengumpulkan anak-anak yang tadi berada di kebun untuk bermain bebas, untuk masuk ruangan. 

Walah, seperti rombongan dari berangkat perang yang harus membuka sepatu, celana anti lumpur, jaket, syal, topi. Dari Sembilan anak, kami bertiga membantu mereka.

Sedang melaksanakan tugas, tiba-tiba telpon berdering. Rupanya ada telepon dari suami yang memberitahukan bahwa ada gawat darurat di rumah. Ya ampun, kaget banget. Ada apa, ya? Rasanya nggak enak banget.

Jika sakit berlanjut hubungi dokter

Saya disarankan untuk pulang atau mengurusi apa yang terjadi. Segera saya hubungi suami. Rupanya, ia diangkut ke rumah sakit. Mengapa? Waktu ia bangun pagi, ia mau kencing tidak bisa. 

Rasanya seperti terbakar. Dan perut bagian kanan bawah perih. Suami saya tidak suka pergi ke dokter, tapi hari itu, ia bersikeras harus ke dokter setempat. Karena corona, ia wajib telepon sebelum datang. Kalau dulu sebelum corona asal mampir langsung boleh di ruang tunggu, menunggu giliran "Sprechstunde" atau periksa dokter.

Suami saya cerita keluhannya dan dokter menasihatkan untuk segera datang ke klinik kampung kami. Ia didahulukan dibanding mereka yang sudah lama membuat janji dan telah menunggu lama di ruang tunggu. Namanya, gawat darurat.

Dokter menyarankan untuk pergi ke rumah sakit besar di Villingen, yang 20 menit dari klinik itu. Kalau yang di Tuttlingen lebih kecil dan hanya 10 menit. Itulah sebab suami saya menelpon saya di HP dan kantor tapi tidak ada yang mengangkat. 

Menyetir sendiri ia tidak sanggup, meski tadi sudah menyetir 5 menit sendiri berangkatnya dari rumah ke klinik. Untuk 20 menit terlalu lama menyetir dan menahan sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun