Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Isi BBM Pakai Aplikasi Ponsel Pintar Ternyata Cepat, Mudah dan Terjamin

31 Agustus 2020   23:26 Diperbarui: 31 Agustus 2020   23:21 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak 13 Juli 2017, jadi jauh-jauh hari sebelum pandemi, sebuah perusahaan SPBU di Jerman, Shell telah menemukan sebuah inovasi untuk meningkatkan pelayanan kepada para costumersnya. Waktu itu, baru pelanggan Shell di kota besar seperti Hamburg dan Berlin yang sudah merasakannya. Syukurlah sejak tahun lalu, di daerah kami sudah bisa mencicipi fasilitas ini.

Kok, bisa? Iya karena Shell sudah bekerjasama dengan Paypal untuk sistem pembayaran BBM di SPBU mereka dengan menggunakan aplikasi di HP. Caranya bagaimana, ya?

Unduh aplikasi Smartpay dulu

Mulanya begini. Suami saya adalah orang yang sangat suka dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan teknik.

"Kalau semua bisa dipercepat dan dipermudah, mengapa hidup harus dipersulit?" Begitu katanya setiap saat kalau harus menunggu untuk melakukan atau mendapatkan sesuatu.

Saya perhatikan, karakter suami saya yang orang Jerman memang tidak suka yang berbelit-belit dan tidak pakai lama. Semua harus selurus, sehalus, secepat dan segratis jalan tol Jerman. Wus-wus-wus, bablas.

Tak heran jika ia sangat gembira dengan penemuan Shell untuk para pelanggan dengan Smartpay ini. Tapi saya bisa ngakak waktu dia cerita:

"Tadi waktu aku isi diesel lalu pergi begitu saja, orang-orang yang antri di kasir melongo. Mereka kira aku belum bayar. Untung saja tidak ada yang mengejarku atau melaporkanku ke polisi. Lucu, ya?"

"Memangnya kamu betul-betul sudah bayar?" Saya balik bertanya. Namanya suami saya, dia ini paling jago usil. Dia suka ngerjain orang, mirip-mirip Jackass begitu-lah.

Selidik punya selidik, suami saya sudah mengunduh aplikasi Smartpay dari Shell. Ini dihubungkan dengan Paypal miliknya. Ia tinggal mengisikan data bank sekali saja dan data tersimpan di sana. Data kartu kredit sebenarnya juga bisa. Data-data itu tidak bisa dilihat oleh kasir 2000 SPBU Shell manapun. Jadi, jangan gusar, rahasia dijamin.

Dengan begitu, sebelum mengisi BBM, ia buka aplikasi dengan PIN atau bisa dengan sidik jari.  GPS akan mendeteksi di SPBU mana tempat kita mengisi BBM. Ia menuliskan Sauele atau kotak tangki nomor berapa lalu klik "jetz tanken" (sekarang isi BBM). Sistem akan mengatur bahwa mobil bisa bebas diisi. Disetting aplikasi HP suami saya, maksimal pengisian sampai 100 euro. 

Setelah itu, kita bisa mengisi BBM atau kembali masuk mobil lagi sampai tangki penuh, sebab ada tombol otomatis di pipa pengisi. Kalau di Indonesia, ada yang membantu mengisikan BBM, di Jerman harus paham, ya, self-service. Semua harus dilakukan sendiri secara mandiri.

Setelah selesai isi BBM, aplikasi akan mengirimkan informasi jumlah bon yang harus dibayar pada layar HP dan sebuah surel berisi kwitansi yang sudah terhitung pajak akan diterima.

Di layar mobil dekat speedometer terlihat berapa banyak BBM yang sudah diisi. Penuh.

Ada yang terpenting yang harus diperhatikan adalah; selama mengisi BBM, smartphone tidak boleh digunakan. Tentu saja ini berhubungan dengan faktor keamanan. Jika dilanggar, ini dikhawatirkan akan memicu resiko kebakaran akibat radiasi sinyal saat melakukan transaksi non tunai pengisian bahan bakar minyak di stasiun pengisian bahan bakar umum.

Pembayaran terakhir di SPBU dgn ponsel (dok.Gana)
Pembayaran terakhir di SPBU dgn ponsel (dok.Gana)
Aplikasi smartpay untuk bayar BBM di SPBU Jerman (Dok.Shell)
Aplikasi smartpay untuk bayar BBM di SPBU Jerman (Dok.Shell)
Sistem pembayaran otomatis meringankan dan menyamankan banyak pelanggan

Kenyamanan tetap harus diimbangi dengan keamanan. Prioritas pertama bagi pelanggan ini ada pada cara pembayaran pengisian BBM. Ini cocok di masa pandemi karena tidak perlu kontak dengan manusia lain, habis perkara. Bagi yang tergesa-gesa hendak ke mana, ada urusan apa, juga cocok. Istilahnya, jika di kepala ada prinsip "Time is money", ini mulus sekali.

Pelanggan yang merasa dilayani dengan baik pasti akan semakin percaya dan loyal dengan perusahaan SPBU yang memiliki sistem pembayaran cepat dan mudah ini. Hanya satu jari, "click."

Sejauh ini, setidaknya sudah 18,9 juta orang Jerman yang sudah membayar dengan Smartphone saat mengisi BBM. Keuntungannya, mereka tidak perlu antri di kasir setelah mengisi BBM sendiri. Dengan satu klik saja, pengisian BBM beres dan bebas pergi. Ending-nya, konsumen pada tak ke lain hati.

Masalahnya, telinga saya harus berkali-kali mendengar apa kata suami saya yang merasa puas:

"Ah, hidup memang menyenangkan karena inovasi smartphone. Aku nggak perlu repot bayar di kasir, nggak usah antri langsung tancap gas, bablas."

Bagi saya yang old modish dan gaptek, tentu saja berbeda. Saya lebih menyukai bertemu dengan orang banyak, kasir dan para pelanggan lain misalnya. 

Bisa bertemu orang, menyapa dan antri itu bagi saya masih sesuatu. Sistem pembayaran ini saya pikir, tidak cocok bagi tipe orang seperti saya. Toh, saya bisa membayar dengan kartu ATM pakai sistem wireless, dengan hanya mendekatkan kartu pada alat pembayaran, selesai. 

Cara pembayaran ini juga disarankan saat pandemi begini karena di mana-mana virus covid19 mengintai. Pembayaran dengan uang kertas disinyalir akan menyebarkan virus karena uang berpindah-pindah dan terkontaminasi.

Pembayaran BBM Non tunai mendukung stabilitas sistem keuangan negara 

Begitulah pengalaman suami saya dalam berinteraksi dengan produk keuangan berupa transaksi pembayaran BBM di SPBU dengan smartphone, menggunakan aplikasi Smartpay sejak 2019. 

Sistem 4.0 ini memang sungguh cepat, mudah dan terjamin kualitasnya. Belum ada cerita kebakaran, belum ada cerita kelebihan atau kekurangan isi tank. Semua cocok, semua lancar.

Di Indonesia sendiri seperti diberitakan Kompas yang ditulis oleh Wahyunanda Kusuma Pertiwi, sudah ada Pertamina yang memiliki opsi pembayaran cashless melalui aplikasi LinkAja. Stasiun pengisian bahan bakar lain seperti Shell juga telah menyediakan opsi pembayaran melalui Ovo dan Dana. Saya tadi sudah cerita bahwa Shell Jerman menggunakan Smartpay (paypal).

Semoga artikel ini bisa memberikan second opinion bagi Kompasianer yang hendak mencoba sistem pembayaran non-tunai di SPBU. Barangkali saja terlintas di benak Anda, "Membayar dengan ponsel di SPBU bisa bikin kebakaran?"

Tentu saja tidak, asal menuruti aturan, smartphone jangan digunakan selama mengisi BBM dan atau saat mengendarai kendaraan.

Selain itu, sistem pembayaran non tunai ini diharapkan mampu berkontribusi dalam menciptakan stabilitas sistem keuangan Indonesia. Suatu hari akan terbentuk masyarakat pembayar SPBU non tunai dengan smartphone ini di tanah air. 

Supaya semakin banyak orang yang tidak membayar BBM dengan uang cash, tidak memerlukannya lagi. Sehingga nantinya, negara kita tidak perlu banyak mencetak uang logam maupun uang kertas. 

Artinya budget untuk penerbitan uang cash akan dipangkas dan meningkatkan produktivitas perekonomian negara.  Jika terlalu banyak uang beredar di dalam masyarakat, dikhawatirkan akan memicu harga-harga di pasaran dan inflasi. Ini jelas mengganggu stabilitas sistem keuangan Indonesia.

Salam sehat dan bahagia. (G76)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun